Deep Learning & Kurikulum Merdeka, Apa Sih Bedanya?
Abdul Mu'ti dfan Nadiem Makarim-screnshot-
KORANBABELPOS.ID.- Bernarlah istilah ganti menteri ganti kurikulum? Muncul wacana bakal ada kurikulum Deep Learning, berbeda dengan Kurikulum Merdeka era Mendikbudristek sebelumnya, Nadiem Makarim.
Hal ini menjadi sorotan di masyarakat karena metode pembelajaran tersebut diungkapkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti akan diterapkan dalam pembelajaran.
"Kita bocori ya, jadi arah pembelajaran ke depan itu mau saya arahkan ke arah yang namanya deep learning," ungkap Mu'ti dari tayangan YouTube Sahabat Pembelajar, dikutip 9 November 2024.
Ia menyebut bahwa konsep tersebut sudah diperkenalkan ketika ia berkuliah di Australia sejak 20 tahun silam.
BACA JUGA:Mendikdasmen Gantikan Kurikulum Merdeka, Kurikulum Deep Learning
Lantas apa bedanya?
1) Metode Deep Learning
Pada metode ini, terdapat tiga pilar utama pembelajaran, di antaranya mindful learning, joyful learning, dan meaningful learning.
Sebagai klarifikasi atas beredarnya wacana tersebut, Mu'ti menegaskan bahwa deep learning bukan merupakan kurikulum.
"Deep learning itu bukan kurikulum. Deep learning itu pendekatan belajar," tandas Mu'ti ketika ditemui di Kantor Badan Bahasa, Jakarta, 8 November 2024.
Ia menjelaskan, tiga pilar yang meliputi mindful, joyful, dan meaningful learning tersebut bukan kurikulum, melainkan pendekatan belajar.
BACA JUGA:Nasib Kurikulum Merdeka di Tangan Abdul Mu’ti
2) Kurikulum Merdeka
Dikutip dari laman resmi Kemendikbud, sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.