Program MBG Masih Perlu Perbaikan
Syamsul Bahri.-screenshot-
Makanya, tidak heran jika program MBG terus hangat dibicarakan di berbagai media. Aneka komentar yang baik atau pun yang buruk dilontarkan oleh pihak-pihak yang merasa perlu untuk memberikan masukan. Ada komentar yang mendukung sampai dengan komentar yang memberikan kritik pedas. Berbagai judul dan tema dikeluarkan dalam sebuah discussion forum, sehingga sampai sekarang MBG seakan menjadi topik yang wajib untuk dibahas di semua forum.
Seakan tidak kehabisan bahan. Semua kalangan, dari yang ahli tentang gizi sampai kepada yang bukan ahlinya membahas semua aspek yang berhubungan dengan program MBG tersebut. Semua yang berhubungan dengan program MBG menjadi menarik untuk diperbincangkan. Sehingga jika diibaratkan sebuah buah, program MBG itu bagaikan dikuliti sampai ke biji-bijinya.
Oleh karena itu pernyataan yang mengungkapkan bahwa program MBG sudah baik tampaknya perlu ditinjau ulang. Yang perlu dipertanyakan atas dasar apa pernyataan itu dilontarkan? kalau hanya untuk menyenangkan pimpinan tentu sangat disayangkan. Karena beberapa fakta sudah menunjukkan bahwa program MBG ini sangat memerlukan perbaikan.
//Snooze Program MBG
Bukan bermaksud memancing di air yang keruh, tetapi dari beberapa penolakan-penolakan di atas seharusnya pihak-pihak terkait pelaksanaan MBG ini dapat melakukan introspeksi secara menyeluruh. Perbaikan-perbaikan semestinya dilakukan di semua sektor, mulai dari pengolahan makanan, distribusinya ke lokasi, masa penyimpanan sampai kepada pemeliharaan peralatan yang mendukung program MBG ini. Dan selama proses konstruksi tersebut ada baiknya program ini melakukan snooze terlebih dahulu. Baru nanti setelah semua improvement-improvement paripurna, program ini bisa dilanjutkan. Hal tersebut tentunya untuk mengembalikan public trust tadi.
Sehingga perlu diapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh pihak-pihak yang berani melakukan terobosan dengan menyetop sementara MBG ketika terjadi permasalahan. Seperti yang dilakukan Bupati Kuningan Dian Rachmat Yanuar menghentikan sementara operasional dapur penyedia makanan bergizi gratis (MBG) ke SMA Negeri 1 Luragung, Kuningan, Jawa Barat, menyusul dugaan keracunan yang dialami sejumlah siswa setelah mengonsumsi menu program tersebut. Dan juga hal serupa juga dilaksanakan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang menghentikan sementara SPPG yang bermasalah. Ketiganya ialah SPPG di Kampung Cipari, Desa Cijambu, Cipongkor, SPGG di Kampung Pasirsaji, Desa Neglasari, Cipongkor, dan SPPG di Desa Mekarmukti, Cihampelas. (JPNN, 2025).
Tentunya kita berharap apa yang dilakukan oleh kedua pejabat di atas memang benar-benar didasari atas rasa kemanusiaan dan demi menyelamatkan rakyatnya. Sehingga sangat disayangkan ketika ada sebagian pihak yang tetap memaksanakan suatu program yang nyata-nyata bermasalah dan membahayakan.
Prinsip Silih Asah