Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Beban di Atap Rumah Kami

Cerpen Marhaen Wijayanto Beban di Atap Rumah Kami-Babel Pos-

 

Meski di depan rumah kami musala dengan jamaah berduyun,  itu tak menyurutkan niat ayah untuk tidak berpuasa. Ketika kajian di depan musala kami itu sedang berlangsung, sering tercium aroma tongseng atau tumis ayam menggoda isi perut para jemaah.

 

Pagi hari sebelum kakek ke ladang, beliau selalu saja membaca alkitab, sembari mendengar kicauan burung gereja beliau duduk beralas koran bekas agar celananya tak terkena oli bekas. Tampak orang-orang yang lewat di depan rumah kami menunduk dan menghormat ke arah kakek yang seorang imam masjid. Masyarakat biasa memanggil Pak Yai atau Ustaz.

 

Tapi sayang, sikap ayah yang bertolak belakang kadang membuat kakek harus merevisi apa yang dijadikan materi kultum.  Hikmah Ramadan semakin jarang kakek bawakan, mengingat di rumah kami ada ayah yang tak puasa. Air di ember akan semakin keras menyiram ke muka kakek bila beliau terus menyindir orang-orang tak  berpuasa. Membahas puasa saat kultum, sama halnya mengeraskan tepukan air ke muka sendiri.

 

Ketika ayah istirahat siang, di depan rumah pasti beliau minum es bir, minuman bersoda, atau es jeruk. Jemaah musala kakek yang melihat itu pasti akan diuji imannya. Maklum, selain serambi musala yang menghadap langsung ke rumah, jendela musala juga mepet dengan dapur rumah kami. Sehingga ketika ayah memasak, para jamaah itu terkena aroma yang menyengat. Mereka sedikit menelan ludah. Apalagi sepertinya menu di rumah kami selalu memakai bumbu bawang putih atau merah penghasil aroma sedap.

 

Ketika siang terik dan saat puasa seperti sekarang ini, apa yang dilakukan ayah pasti akan membuat siapa pun yang melihat geleng-geleng kepala. Bisa dikatakan antitolerans.  Yang lebih keterlaluan, kadang suara piring di meja makan kami sering berbunyi terdengar hingga membuat perut jamaah yang salat menyahut bunyi piring itu. 

 

Ayah memiliki komunitas tidak berpuasa. Merekalah para pekerja bengkel motor, onderdil mesin pabrik, atau kuli bangunan. Dengan alasan pekerjaan berat, menu makan siang yang ayah masak membuat tetangga ingin membatalkan puasa. Komunitas ayah selalu memegang gelas warna air merah, hijau, atau putih dengan sedikit ada embun tipis karena dinginnya es dalam gelas itu.

 

Ada juga yang mengambil minuman kaleng dari kulkas di bengkel. Ketika kulkas itu dibuka, sedikit ada asap tipis karena minuman di dalam mesin pendingin itu yang terasa sangat menyegarkan. Di dalamnya ada minuman bersoda, sirup, atau minuman kemasan yang sedikit berembun mirip embun dari pegunungan yang turun ke kampung.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan