MATA LELAKI itu tiba-tiba terbelalak. Tatapan mata liarnya menatap sekeliling.
Ada yang aneh. Bahkan terasa aneh.
Nafasnya naik turun seiring derap langka para pemikul keranda mayat yang menuju pekuburan dengan berjalan terseok-seok. Menapaki jalanan yang tak mulus.
Telinga lelaki itu terkaget-kaget. Suara khas yang biasa didengarnya saat orang mengantar mayat ke pekuburan bergema dengan sakralnya.
Laa ilaaha illallah.
Laa ilaaha illallah.
Laa ilaaha illallah.
Mengagetkan nuraninya. Menghentakan jiwanya.
BACA JUGA:Cerpen Marhaen Wijayanto: Ifan Belum Merdeka
"Apakah aku sudah mati?," desisnya.
"Engkau menuju kematian. Orang-orang telah membawamu menuju ke pekuburan untuk dimakamkan," suara misterius itu tiba-tiba bergema di gendang telinganya.
" Siapa engkau?," tanya lelaki itu.
"Aku malaikat," jawab suara itu.
"Aku belum siap untuk mati. Aku belum siap,"
"Belum siap?"