Maka yang diuntungkan dari peredaran konten porno ini adalah mereka yang berperan dalam produksi hingga distribusinya. Sedangkan generasi malah jadi buntung. Masyarakat menjadi rusak pikiran dan perbuatannya.
Masalah peredaran pornografi sebetulnya adalah masalah klasik. Namun bukannya makin minim, peredarannya malah makin massif. Pemerintah juga dinilai kurang serius dalam mengentaskan pornografi.
Langkah utama Kementerian komunikasi dan informatika (Kominfo) hanya sekedar memblokir situs-situs porno. Nyatanya, kebanyakan konten porno justru beredar secara sporadis di berbagai aplikasi dan media sosial yang diakses oleh generasi.
Media seperti X (dulunya twitter), telegram, instagram, facebook hingga youtube dan tik tok menjadi lahan basah beredarnya link bahkan video porno. Sungguh menyedihkan, generasi dikepung kerusakan dari berbagai sisi sementara pemerintah tidak bersikap tegas kepada penyedia aplikasi ini untuk mengalpakan konten pornografi.
Fenomena kerusakan generasi akibat konten pornografi juga merupakan akibat dari diterapkannya sistem hidup yang sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Lingkungan yang jauh dari nilai Islam serta pendidikan yang juga tidak berorientasi membentuk kepribadian Islam telah membajak potensi generasi. Generasi yang seharusnya hidup dengan bahagia, nyaman, dan aman dari kejahatan justru rentan menjadi pelaku dan korban.
Akibat penerapan sistem sekuler, lahirlah generasi yang bersikap permisif (serba bebas) yang bertindak semau dan sesukanya. Tidak mampu menimbang risiko dengan matang. Minim kontrol diri dan jauh dari ketakwaan kepada Rabb Semesta alam.
Generasi seperti ini menjadi mangsa empuk bagi pebisnis pornografi dan akibat kontrol diri dan keimanan yang rendah jadilah ia pelaku kejahatan seperti pemerkosaan dan pembunuhan. Halal haram dihantam habis gara-gara mengikuti hawa nafsu. Lagi-lagi ini terbentuk secara sistemik bukan kasuistik. Sebab angkanya ribuan bukan lagi satuan. Ini menandakan sistem hidup yang diterapkan memang merusak generasi saat ini.
Peran orang tua dan masyarakat dalam melakukan amar makruf juga makin lemah. Orang tua memberikan fasilitas ponsel sebebas-bebasnya tanpa memberikan pemahaman yang benar dalam menggunakannya. Masyarakat juga cenderung makin individualis dengan kerusakan yang menimpa generasi. Akibatnya generasi bablas ke jurang kemaksiatan.