Ismail ibn Ibrahim, ayah Imam Bukhari meninggal dunia ketika ia masih kecil sehingga hanya diasuh ibunya.
Ismail ibn Ibrahim seorang ulama bermahdzab Maliki dan merupakan murid dari Imam Malik yang menjadi ulama besar serta ahli fiqih.
Imam Bukhari memiliki daya hafal yang cukup tinggi dan diakui oleh kakaknya yaitu Rasyid bin Ismail.
Perawakan Imam Bukhari sendiri ialah sosok yang kurus, tidak tinggi dan tidak pendek, dan kulitnya agak kecokelatan.
Imam Bukhari memiliki sikap yang ramah, dermawan serta telah banyak menyumbangkan harta dan tenaganya untuk pendidikan.
Imam Bukhari berguru kepada Syekh ad-Dakhili, seorang ulama ahli hadits yang mahsyur di kota Bukhara.
Di usianya yang ke 16 tahun, Imam Bukhari mengunjungi Makkah dan Madinah bersama keluarganya.
Selama berada di Makkah dan Madinah, Imam Bukhari kajian para guru besar hadits untuk menuntut ilmu.
Kemudian di usianya ke-18 tahun, Imam Bukhari telah menerbitkan kitab pertamanya berjudul Kazaya Shahabah wa Tabi’in.
Pada usia itu, Imam Bukhari juga telah mampu menghafal kitab hadits karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik.
BACA JUGA:Angkat Tema Berbagi Itu Keren, Yakesma Babel Gelar Tarhib Ramadhan Kelilimg Pangkalpinang
Setelah itu bersama gurunya yang bernama Syekh Ishaq, Imam Bukhari menghimpun hadits shahih dalam satu kita.
Imam Bukhari juga menyaring dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi menjadi 7.275 hadits.
Imam Bukhari melakukan perjalanan ke berbagai tempat seperti Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mesir, dan Syam untuk meningkatkan pengetahuannya tentang hadits.
Imam Bukhari pun mengumpulkan dan menyeleksi hadits dalam waktu 16 tahun karena harus mengunjungi berbagai kota untuk menemui perawi hadits.
Ketika mengunjungi Kota Baghdad, Imam Bukhari sering berdiskusi dengan ulama besar yaitu Ahmad bin Hanbal.