Menurut penulis, terdapat empat faktor internal dan eksternal yang menyebabkan angka APK perguruan tinggi menjadi rendah.
Pertama, biaya kuliah yang tinggi; kedua, kurangnya dukungan keluarga; ketiga, keterbatasan ruang dan waktu; keempat, pengaruh pekerjaan terhadap minat siswa menjadi rintangan utama. Namun, melalui inisiatif kreatif dari para pendidik di Babel yang berupaya meruntuhkan hambatan-hambatan tersebut, peluang pendidikan tinggi bagi generasi muda dapat ditingkatkan.
BACA JUGA:Pemilu 2024: Aksi dan Asa Generasi Muda Menentukan Arah Politik Indonesia
//Biaya Kuliah yang Tinggi: Inovasi Program Beasiswa
Salah satu permasalahan krusial di Bangka Belitung adalah biaya kuliah yang tinggi, yang membuat banyak siswa enggan melanjutkan ke perguruan tinggi. Mengatasi ini, para pendidik mengambil langkah inovatif dengan meluncurkan Program Beasiswa. Program ini tidak hanya memberikan dukungan Finansial, tetapi juga memotivasi siswa dan keluarga untuk melihat pendidikan tinggi sebagai investasi masa depan yang dapat diakses oleh semua kalangan.
Program Beasiswa dirancang dengan pendekatan Inklusif, mencakup siswa berprestasi akademis dan mereka dengan potensi di berbagai bidang seperti seni, olahraga, kepemimpinan, atau keterampilan lainnya. Ini membuka pintu bagi siswa yang mungkin tidak menonjol dalam hal nilai akademis tetapi memiliki potensi luar biasa di bidang lain. Serta dukungan Finansial yang signifikan meliputi biaya kuliah, buku, dan biaya pendidikan lainnya. Ini bertujuan untuk meringankan beban Finansial keluarga dan memastikan bahwa biaya pendidikan tidak menjadi hambatan utama.
Dengan kombinasi dari aspek-aspek ini, Program Beasiswa ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengatasi permasalahan biaya kuliah yang tinggi dan memastikan bahwa pendidikan tinggi dapat diakses oleh semua kalangan sosial masyarakat di Babel.
Kurangnya Dukungan Keluarga: Membangun Komunikasi dan Kesadaran
Kurangnya dukungan dari orang tua memiliki dampak besar pada keputusan siswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Pendidik di Bangka Belitung menghadapi tantangan ini dengan membangun komunikasi yang lebih erat antara sekolah, siswa, dan orang tua.
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan yaitu, dengan Program Pertemuan Rutin, Seminar Keluarga, dan Sesi Konseling diharapkan bisa membantu membangun pemahaman yang lebih baik mengenai manfaat pendidikan tinggi, serta merangkul semua pihak dalam perjalanan pendidikan siswa.
Pertemuan Rutin menjadi jembatan komunikasi terbuka antara pendidik, siswa, dan orang tua. Tentu ini bukan hanya platform untuk memberikan informasi, tetapi juga ruang dialog positif. Melalui Seminar Keluarga dilaksanakan secara berkala dapat meningkatkan pemahaman orang tua tentang manfaat pendidikan tinggi.
Dengan membangun kesadaran akan potensi karir dan dampak positif jangka panjang dari pendidikan tinggi, persepsi orang tua diharapkan dapat berubah. Dan melalui Sesi Konseling diharapkan menjadi penting untuk memberikan dukungan individual kepada siswa dan orang tua.
Para konselor bekerja sama dengan siswa dan orang tua untuk memahami harapan, kekhawatiran, dan rencana masa depan mereka. Dengan pemahaman yang lebih baik, konselor dapat memberikan panduan yang sesuai dan menciptakan rasa percaya diri bagi siswa dan orang tua.
Keterbatasan Ruang dan Waktu: Era Pembelajaran Digital