URANG BANGKA

URANG BANGKA

Kamis 31 Jul 2025 - 19:12 WIB
Reporter : Tim
Editor : Syahril Sahidir

Oleh: Ahmadi Sofyan

Budayawan/Penulis Buku

 

URANG Bangka itu nggak boleh diremehkan. Sebab ia seperti kunyit dalam Lempah Kuning. Kecil & kelihatan tak bermutu, tapi kalau sudah ditumbuk & nyemplung, ia paling mempengaruhi baik rasa apalagi warna.

===

BEGITULAH Urang Bangka, suka dan tidak suka akan terungkap dengan sikap dan kata alias satunya kata dan perbuatan. Urang Bangka tidak terbiasa menyembunyikan perasaannya. 

Urang Bangka asli itu tidak akan munafik, tidak manis dibibir buruk diperilaku, atau manis didepan buruk dibelakang. 

Oleh karenanya, kadangkala bagi sebagian masyarakat diluar Bangka, apalagi masyarakat Jawa yang dikenal toto kromonya, Urang Bangka bisa dianggap tidak sopan, terlalu vulgar alias “Ora Njawani”. 

Urang Bangka kalau menyimpan perasaan yang tidak bisa diungkapkan secara langsung, bisa membuat suhu badannya berubah mendadak alias “gelugud” atau demam. 

Walaupun begitu, karakter Urang Bangka jika tidak menyukai seseorang biasanya memiliki 3 tingkatan. Tingkatan pertama “Langok/Lungoi”. Lalu meningkat menjadi “Melengos”  alias buang muka, dan yang paling tinggi adalah “Gelik Yok”. 

Nah, kalau Urang Bangka sudah pada tingkatan “Gelik Yok”, jangankan Anda nyanyi, Anda Ngaji saja dia bisa meludah. 

Ia tidak akan pernah peduli sepintar apapun isi kepalamu, bicaramu, profesimu, jabatanmu, sebab kalau ia sudah “Gelik Yok”, ibarat kanker itu masuk stadium 4. 

Hanya keajaiban Tuhan yang bisa merubahnya. Pun demikian, urang Bangka akan melabelkan seseorang yang masih “hijau” dengan kalimat “agik mantak” (belum matang), jika sudah rada kesel maka label-nya naik setingkat yakni “mantak igak” dan pada berikutnya “mantak malai” dan "mantak tengah".  Sedangkan stadium yang paling parah adalah “mati mantak”.

Seperti yang sering saya ungkapkan pada tulisan-tulisan lain di harian BABEL POS ini, Urang Bangka itu sangat egaliter. Kemerdekaan atau kedaulatan dirinya sangat besar. Ia maunya berjalan harus beriringan, duduk sama rendah berdiri sama tinggi. 

Makanya Urang Bangka tak terlalu memandang alias tak begitu peduli apapun profesi dan jabatan seseorang. Karena semua manusia dianggap sama, apalagi “sama-sama makan nasi” begitu umumnya ucapan Urang Bangka jika ada seseorang atau kelompok yang dianggap merasa lebih tinggi. 

Kategori :

Terkait

Kamis 25 Dec 2025 - 14:42 WIB

Jomblo dan Tahun Baru

Selasa 23 Dec 2025 - 14:56 WIB

Jerat Hukum Wagub Babel

Kamis 18 Dec 2025 - 14:44 WIB

Polisi & Perempuan

Jumat 12 Dec 2025 - 13:47 WIB

Para Cukong Timah Basel Ketar-ketir