BACA JUGA:Larangan Absurd Swafoto Simbol Jari Bagi ASN Selama Musim Pemilu
Dalam hal ini, penulis sebagai guru Pendidikan Agama Islam mencanangkan program di sekolah wajib salat berjamaah kepada warga sekolah yang beragama Islam, terutama guru dan peserta didik untuk menerapkan pembiasaan dan pembudayaan.
Program ini terutama untuk salat zuhu. Banyak manfaat dari kegiatan ini, di antaranya salat berjamaah dapat melatih kebersamaan dalam keberagamaan sehingga peserta didik bisa menjadikan salat sebagai kebutuhan, bukan hanya sekadar menunaikan kewajiban saja.
Tidak hanya itu, kumandang azan Zuhur juga setiap hari dilantunkan oleh peserta didik SMA Negeri 1 Riau Silip sebagai penanda bahwa sudah memasuki waktu salat. Peserta didik yang beragama Islam (terjadwal kelas) diperkenankan meninggalkan aktivitas pembelajaran di kelas untuk menjalankan salat zuhur secara berjamaah.
Hal ini sebagai solusi karena kondisi musala yang terbatas. Dalam pelaksanaan, peserta didik mengantre dan mengikuti sesi salat zuhur berjamaah dengan diimami oleh guru laki-laki.
Pembiasaan lain yang diterapkan adalah, dalam menjaga kebersihan musala. Setiap hari terjadwal piket musala dari kelas yang berbeda. Hal ini dilakukan anak didik sebagai bentuk tanggung-jawab mereka akan kebersihan dan kenyamanan pengguna musala.
Kegiatan ini juga melibatkan bantuan/kerja sama wali kelas, agar rutinitas itu terlaksana dengan baik. Bahkan saat musim kemarau beberapa bulan lalu, sekolah tetap menjalankan rutinitas salat zuhur berjamaah seperti biasa.
Siswa diwajibkan membawa 2 liter air dan boleh lebih untuk antisipasi jikalau persediaan air di sekolah tidak memadai. Melalui pembiasaan salat zuhur berjamaah diharapkan dapat mendidik karakter siswa untuk lebih memiliki tanggung jawab dan disiplin serta rasa memiliki.
Karakter mereka menjadi kuat sehingga terbiasa dan terlatih dengan praktik ibadah. Pembiasaan salat zuhur berjamaah, beserta rangkaian kegiatan lainnya seperti azan, zikir, berdoa dan menjaga kebersihkan tempat ibadahnya, peserta didik juga diajarkan rasa empati, memiliki jiwa seni, guna meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual.
Rasa spiritual mengingatkan penulis pada kisah (penulis menemukan kisah di akun facebook) yang mengangkat cerita seorang tukang las keliling, yang kemudian berhasil dan mempunyai banyak karyawan.
Sosok yang dimaksud adalah Budi Harta Winata. Karena 5 prinsip hidup yang ia yakini, menjadikan ia pengusaha yang sukses, 5 prinsip hidup yang ia pegang adalah; mengutamakan salat dan bedoa, perbanyak sedekah, menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, melayani orang tua seperti raja, dan banyak bersyukur.
Setiap memasuki waktu azan ia menghentikan segala aktivitasnya dan memerintahkan kepada seluruh karyawannya untuk melaksanakan salat. Karena prinsip itulah membuat Allah mengangkat derajatnya di dunia. Dari kisah seorang tukang las keliling yang menjadi pemilik sebuah perusahaan besar ini sungguh sangat menggugah perasaan. Untuk itu, harus kita contoh amalan baiknya untuk pembiasaan kepada peserta didik.
Harapan sederhana seorang pendidik hanyalah menginginkan keberhasilan setiap anak-anak yang telah ia didik. Apa pun profesinya kelak setelah lulus belajar dari SMA (Negeri 1 Riau Silip), semoga kelak mereka bisa membaur di masyarakat dengan membawa nilai-nilai kebaikan yang telah mereka dapat.
Menjadi orang-orang yang beriman dan bertaqwa, bertanggung jawab atas pekerjaannya, memberikan manfaat untuk orang lain dan selalu menjaga salatnya. Karena sesungguhnya, hanya salatlah yang bisa menjaga mereka untuk selalu berbuat makruf dan mencegah perbuatan munkar.
Tentu, melaksanakan salat yang tertib dan teratur, dapat berimbas pada kedisiplinan seseorang dalam melakukan pekerjaan, dan semakin bagus ibadah salat seseorang maka semakin baik pula tingkat kedisiplinannya.
Sebaliknya semakin ia sering mengabaikan aspek ibadah, maka ia juga akan lebih mudah mengabaikan tanggung-jawab lainnya. Mari, kita selalu memberikan penguatan dan pembiasaan yang baik pada siswa kita secara masif. Semua berawal dari niat kita dan salat.(**)