“Kek, kalau anak ketiga?” anak muda tiba-tiba memberanikan untuk bertanya.
“Nak, anak ketiga saya seorang perempuan. Sama seperti kakaknya, ia penuh ambisi walaupun ia seorang perempuan. Popularitas, kedudukan dan harta juga ingin ia kejar dengan berbagai macam cara. Masa mudanya ia habiskan dengan berfoya-foya. Pergaulan bebas menjadi model kehidupan yang ia sebut modern. Ia menggunakan busana mahal, tapi sesungguhnya telanjang. Busana yang seharusnya untuk menutup aurat, justru berbalik menjadi penonjol aurat. Lepas dari satu laki-laki pindah ke laki-laki lain. Di saat usianya masih muda, ia hamil di luar nikah. Kini ia bersama suaminya nun jauh disana. Kehidupannya tak berubah, bahkan makin parah. Karena kehidupan mereka sudah diselimuti oleh ambisi kekuasaan, popularitas dan mengumpulkan harta sebanyak-banyak yang mereka anggap dunia ini bisa abadi” tampak dari raut wajah sang kakek gregetan ketika menjelas tentang anak ketiganya ini.
Anak muda merangkul pundak tua sang kakek yang sudah ringkih. Sambil mengusap kedua matanya, sang kakek kembali berkata” “Tidak salahkan kalau kakek berkata bahwa kakek tidak punya anak?”.
Anak muda diam dan mengangguk kecil namun tak berani menjawab.
“Nak…, ini semua salah kakek sebagai orangtua yang tidak amanah dalam menjaga titipan Allah SWT berupa anak. Kesalahan kakek yang dulu juga begitu sibuk mengurus dunia yang tak pernah ada selesainya. Sebentar lagi kakek pasti meninggalkan semua ini, meninggalkan dunia yang penuh dengan tipu daya. Dari 80 tahun usia kakek, baru 10 tahun terakhir ini kakek baru beribadah kepada Sang Pencipta. Sungguh memalukan diri ini, Nak….” Air mata begitu deras mengalir seakan tumpah begitu saja dari kedua kelopak mata sang kakek.
* * *
Nah.., dari cerita di atas, ada “tuduhan” nakal dari saya. Jangan-jangan, kita-kita ini adalah sang kakek tua itu atau jangan-jangan, sang kakek tua itu adalah kita-kita ini. Kalau tidak, jangan-jangan, anak-anak sang kakek itu adalah kita-kita ini atau……… jangan-jangan, kita-kita ini adalah anak-anak dari sang kakek itu? Ah… jangan sampai deh!
Salam Kakek! (*)