CERPEN MARHAEN WIJAYANTO: Buku Tanpa Aksara

Minggu 19 Jan 2025 - 09:44 WIB
Editor : Budi Rahmad

LARAS masih meratapi skor ulangan yang tak sesuai harapan. Nilai yang ada di lembar jawab matematika itu  telah menggagalkan usahanya mendapat hadiah liburan. Sebenarnya Laras berharap, dengan menjadi ringking satu, ia mendapat hadiah spesial dari ayah dan bunda yaitu berlibur selama dua pekan ke Jogja. 

 

Ia berhasrat mendapat hadiah dan piagam peringkat nomor satu di kelasnya. Tapi apa daya, ustazah  sudah mengumumkan yang menjadi peringkat satu bukan Laras. Tak heran, usai pulang sekolah, Laras langsung murung dan tak beranjak dari karpet dan guling kecil kesayangannya. 

 

Di tangannya sudah ada pensil warna dan kertas putih. Wajah murungnya sudah berpindah menjadi lembar ekspresi di kertas gambar. Sementara guling kecilnya jadi penyandar kepala. 

BACA JUGA:CERPEN RUSMIN SOPIAN : Lelaki yang Kembali Meniduri Ranjang Pengantinnya

Walau sudah berwarna kusam dan bau khas keringat, guling itu seperti sudah jadi saudara untuknya. Ke manapun Laras berada, ia selalu membawa giling yang dibeli dari Jogja lima tahun lalu. Di guling itu terlukis gambar Tugu Jogja. Selain gambar tugu, kaos bertuliskan Malioboro ia pakai hari itu. 

 

Tiap hari dia memakai baju bergambar wahana di kota pendidikan itu. Wajar jika saat liburan ke sana menjadi impian siang atau malam. Meski yang dihadapi adalah orang tua dengan segudang syarat agar dia bisa piknik ke Malioboro atau pelesiran ke Candi Prambanan. 

 

Kali ini usahanya gagal. Laras tak mendapat juara satu dan hadiah liburan ke Jogja pun batal. Akhirnya dia hanya bisa berbicara sendiri dengan corat-coret di buku gambar dan kertas kosong. Semua karena di kertas ulangannya tertera angka lima puluh dengan tinta merah. 

BACA JUGA:Cerpen Naira Syakila Putri, SMPN 2 Sungailiat: Kisah Rase Lempah Kuneng

Laras mencari cara agar nilai di kertas itu berubah menjadi seratus. Tulisan tangannya jelas tak mampu menandingi rapinya tulisan ustazah. Ia baru saja belajar menulis. Satu, dua, tiga, hingga sejam,  Dia tak menemukan cara untuk mengubah nilai merahnya itu menjadi tinta warna hitam bertuliskan seratus. 

 

Sementara kakek masih bercengkerama bersama para sahabat yang mampir di pondok baca. Di rumah kami ada tempat membaca dan debat tentang tragedi di Palestina atau berita hangat tentang kemunduran-kemunduran bangsa yang lezat untuk dikritik. Katanya presiden Amerika menyetujui pembebasan warga sipil di Gaza. Tiga puluh tiga orang tawanan Israel ditukar dengan ribuan warga sipil yang ditahan (33 untuk 2000).

Kategori :