Dua Bupati di Babel Akui Rakyatnya Masih Tergantung Timah. Gafri: WPR itu Solusi
Rakyat Tengah Ngelimbang Timah.-ilustrasi-
DUA Bupati di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) secara terus terang menyatakan perekonomian rakyatnya masih sangat tergantung dengan biji timah.
-------------
''MENCARI timah itu susah, menjual timah kini juga susah.''
Demikian keluhan rakyat penambang dari Belitung Timur (Beltim) yang mencuat di Medsos.
Kini, banyak akun medsos khususnya dari rakyat Babel yang mengeluhkan susahnya untuk menjual timah. Akibatnya, seperti Kabupaten Paling Timur Babel, Belitung Timur, yang diakui oleh BUpatinya, Burhanuddin, seperti kota mati.
BACA JUGA:Solusi Koperasi Tambang Rakyat?
''Belitung Timur itu sekarang seperti kota mati sejak rakyat tak tahu mau jual timah mereka kemana,'' ujar Bupati Beltim, Burhanuddin dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI belum lama ini.
Kondisi yang terjadi ini diakui sebagai dampak proses hukum yang tengah terjadi yang sudah menjerat 16 tersangka dan ditahan oleh Kejagung.
Dengan tanpa maksud mencampuri proses hukum, 2 Bupati dari Babel, masing-mnasing, Burhanuddin dan Bupati Bangka Tengah, Al Gafri Rahman, meminta kepada pemerintah pusat khususnya melalui Komisi VII untuk dicarikan jalan keluar agar rakyat mereka bisa menambang dan menjual timah dengan tenang.
WPR Salah Satu Solusi
Sementara itu, Bupati Bateng, Gafri menyatakan, salah satu solusi untuk rakyatnya itu adalah Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR). Namun tampaknya justru dari pemerintah pusat tidak respon atas ajuan darim mereka.
Bupati Bateng sendiri sudah mengajukan lahan seluas 6.545,11 hektare untuk WPR.
"WPR ini sudah beberapa kali kami ajukan melalui surat resmi ke Kementerian ESDM melalui Gubernur pada 2023, namun surat terakhir yang kami ajukan sampai saat ini belum ada jawaban," kata Gafri.
Pemkab Bangka Tengah tetap konsisten memperjuangkan WPR karena dinilai bagian dari solusi untuk mengatur penambangan bijih timah rakyat secara legal.