Kerenyek
Ahmadi Sopyan-screnshot-
KEKUASAAN itu PENTING! Untuk melakukan perubahan besar haruslah dengan kekuasaan, tak cukup hanya bicara maupun sekedar tulisan seperti ini. Bahkan pujangga dunia, Kahlil Gibran, pernah berpesan: “Segenggam kekuasaan jauh lebih berarti daripada sekeranjang kebenaran”. Ini artinya sebuah kekuasaan bisa memutarbalikkan kebenaran dan kebenaran akan sirna dengan kekuasaan.
Oleh karenanya, orang-orang yang berkuasa hendaknya adalah orang-orang yang benar-benar terpercaya karena keimanannya, komitmennya, kecerdasannya, kualitas hidupnya, pengetahuannya tentang masyarakat dan daerah yang dipimpin, bukan hanya sekedar “renyek” (mau) karena merasa memiliki uang apalagi sekedar ingin menguasai (menjadi penguasa bukan pemimpin). Disinilah peran rakyat (masyarakat) seharusnya digunakan, bukan sekedar saat pemilihan. Rakyat seharusnya mampu mendorong dan mengikrarkan orang-orang yang bisa dipercaya untuk memimpin sebuah daerah, bukan sekedar menunggu “orang-orang” yang disodorkan dari partai politik, apalagi partai yang bisa dibeli dengan “mahar” tinggi. Terlebih lagi jika demokrasi dikebiri dengan memborong partai.
Sedangkan orang-orang bebas seperti kita ini, cukuplah berpegang teguh pada petuah para orangtua: “Kalau galah hanya sejengkal janganlah laut hendak di duga” atau “Pacak-pacak-lah ngukur baju di badan” (Pandailah mengukur baju di badan) juga petuah dengan kalimat yang agak menohok: “mun ilmu dak sepira, jangen besak igak untap e” (kalau ilmu nggak seberapa, jangan besar keinginan/ambisi) serta “Ojo rumungso iso tapi kudu iso rumungso” (jangan merasa bisa tapi harus bisa merasa).
Buat saya pribadi, petuah-petuah para orang tua diatas begitu berarti, tapi tak akan pernah laku di ranah politik dalam era demokrasi masa kini. Bagi para pengejar jabatan, petuah-petuah kuno itu bisa membuat lemah semangat, tidak relevan dan tidak menyehatkan jiwa serta bisa membuat ambisi menjadi luntur dan lentur sehingga status sosial tidak meningkat. Karena bagi banyak politikus masa kini, status sosial dan kesuksesan adalah jabatan. Sehingga orang-orang yang tak punya jabatan seperti kita ini berstatus sosial dibawah mereka karena kita sedang mengalami kegagalan hidup.
Nah, kalau dalam diri Anda masih ada rasa malu yang besar, rasa tahu diri, sering introspeksi diri, sikap tawadhu’, tidak hobi tampil terdepan (dudok beng kadep), bicara lugas dan tegas tanpa banyak kepentingan, jujur dan apa adanya, idealisme belum terkikis,maka dipastikan Anda tidak cocok masuk dalam dunia politik saat ini, kecuali “mun lah ade kerenyek” atau “dipaksa” oleh ribuan masyarakat untuk meminta Anda tampil berkompetisi.
Tapi ingat, “Kerenyek” saja tidak cukup!
Salam Kerenyek!(*)