Jokowi, 14 Hari Jelang Berakhir, Hilirisasi, Timah Nyusul

Jokowi-screnshot-

PRESIDEN Jokowi menekankan pentingnya hilirisasi dan digitalisasi sebagai dua pilar utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan menjelang 14 hari pemerintahannya berakhir. 

------------

DALAM sambutannya di acara BNI Investor Daily pada Selasa, 8 Oktober 2024, di Jakarta Convention Center (JCC), Jokowi menyoroti betapa pentingnya hilirisasi dalam meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia serta peran digitalisasi dalam mempercepat transformasi ekonomi.

“Satu hilirisasi, yang kedua digitalisasi. Digitalisasi yang namanya data center itu wajib segera kita miliki. Yang kedua data analitik, akan bisa kita menganalisa angka-angka dan lain-lain secara cepat,” ujar Jokowi. 

Dalam konteks hilirisasi, Jokowi memaparkan keberhasilan Indonesia dalam mengolah nikel dari bahan mentah hingga produk jadi seperti stainless steel dan baterai. 

BACA JUGA:Penambahan Saham di Freeport Dukung Hilirisasi

Menurutnya, barang-barang tersebut sudah diproduksi oleh industri-industri nasional akibat dari kebijakan hilirisasi yang dilakukan pemerintah.

“Lompatannya kelihatan sekali dari yang 1,4-2 miliar USD sebelum nikel distop, kemudian melompat menjadi 34,8 miliar USD. Itu adalah sebuah lompatan yang besar sekali,” ungkap Jokowi.

Jokowi juga menyoroti keberhasilan pengembangan smelter tembaga yang dimiliki oleh PT Amman dan PT Freeport Indonesia, dengan investasi yang mencapai puluhan triliun rupiah. 

Selain nikel dan tembaga, Indonesia juga telah memulai hilirisasi bauksit yang akan terus ditindaklanjuti untuk meningkatkan nilai tambah.

“Nikel sudah, tembaga sudah, bauksit sudah, nanti kita masuk ke timah dan lain-lain,” ucapnya.

Lebih jauh, Jokowi menekankan pentingnya hilirisasi di sektor padat karya seperti pertanian, kelautan, dan pangan untuk memberikan dampak langsung kepada rakyat. 

Ia menyoroti pentingnya mengolah komoditas seperti kopi, kakao, lada, dan nilam sebelum diekspor sebagai bahan mentah.

Menurut Jokowi, dengan luas perkebunan kopi 1,2 juta hektare, kakao 1,4 juta hektare, serta lada dan nilam yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, potensi ini harus dioptimalkan melalui industrialisasi. 

Tag
Share