Waspada Bencana Sedangkan Intai RI, Tanda-tandanya Sudah Muncul
Ilustrasi-screnshot-
BMKG menyebut, ada beberapa penyebab cuaca hujan saat ini, yaitu sebagai berikut:
- Gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial yang aktif
- Adanya daerah pertemuan dan perlambatan angin
- Suhu muka laut yang hangat yang menambah suplai uap air terutama di wilayah pesisir
- Liabilitas atmosfer yang tinggi turut memperkuat pembentukan awan hujan di berbagai wilayah tersebut, menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya hujan.
"Dalam skala global, nilai IOD, SOI, dan Nino 3.4 tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia," tulis BMKG.
"Pada periode 11-16 September 2024, MJO diprediksi aktif di wilayah Maritime Continent (fase 5) di wilayah Indonesia," tulisnya lagi.
BACA JUGA:BMKG Terkait Potensi Gempa Megathrust di Indonesia, Pengelola Wisata Siapkan Mitigasi
Sebelumnya, BMKG memprediksi La Nina berpotensi melanda Indonesia pada periode Juli-Agustus-September 2024. Namun monitoring terbaru belum mengonfirmasi fase La Nina di Indonesia.
Sementara itu, Hasil Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I September 2024 yang dirilis BMKG menunjukkan indeks IOD dan ENSO pada September 2024, yakni Indeks Dipole Mode 0.27 (Netral) dan indeks ENSO -0.29 (Netral).
"IOD Netral diprediksi berlangsung hingga awal tahun 2025. Sementara itu, ENSO diprediksi berpotensi menuju La Nina mulai September 2024," tulis BMKG.
Sebagai informasi, La Nina adalah kondisi anomali iklim global berupa keadaan suhu permukaan laut (SPL) atau Sea Surface Temperature (SST) di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya.
Saat La Nina terjadi, sebagian besar wilayah Indonesia mengalami peningkatan curah hujan sebanyak 20 hingga 40 persen.
Kondisi ini bisa terjadi pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) dan September-Oktober-November (SON).
BMKG menjelaskan, dampak yang secara umum mungkin terjadi akibat La Nina adalah bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, hingga badai tropis.***