RIMBAK, REBAK, PEMITAK, KUBAK, BEBAK DAN KELEKAK (Bagian Tujuh)
Elvian--
Maksud dari surat ini: Kepada: Mayor Militer Komandan Bangka, Bersama ini saya beritahukan kepada anda bahwa keharusan tindakan militer untuk pengepungan pemberontak Amir. Namun ia (Van Olden) tetap menolak untuk menyetujui. Terbukti bagi kami, bahwa operasi ofensif akan diperoleh dari Layang Bakem dan Kelaka Besar (di Sungai Sumubur). Tentara dan bahan makanan dapat dikirim melalui Teluk Klabat ke Layang dan Kelaka. Adalah tidak mungkin secepatnya sejumlah kuli dapat dipenuhi, sedangkan jalur dari 3 (Tiga) wilayah itu sudah disatukan (Layang Bakem–Kelaka–Teluk Klabat), tempat dimana Amir dan para pengikutnya sudah dikurung (dikepung). Akhirnya, saya usulkan kepada pemerintah, berapa banyak tentara dan bahan makanan lainnya untuk melaksanakan rencana pemesanan dari Jawa, mengingat pada kesulitan yang sangat menimpa para kuli dari Jawa dan yang ada di Bangka. Sesuai dengan pemberitahuan jaksa kepala, kelihatannya ada 200 sampai 300 kuli yang bisa diperoleh. Dari Inspektur di Bangka (w.g.) Hoesebroek
Kelekakpun pada perkembangan selanjutnya, karena keperluan akan ruang untuk tempat tinggal masyarakat berubah fungsi menjadi perkampungan. Di Pangkalpinang ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri terdapat beberapa Kelekak yang berkembang menjadi kampung, misalnya Kelekak Betur, Kelekak Lantai, dan Kelekak Taklok. Kelekak Betur sekarang sudah berkembang menjadi pusat pemerintahan Kota Pangkalpinang dan sekarang berada di wilayah Kecamatan Girimaya. Sebelum menjadi perkampungan, Kelekak Betoer di samping berfungsi sebagai Kelekak (berisi tanaman buah-buahan) juga menjadi kawasan kebun palawija dan kebun Sahang masyarakat (regelem aangelegde pepertuinen) dan kebun kabung atau aren (Arentuin).
Secara geografis kampung Betoer terletak di sisi sebelah Selatan sungai Pedindang, atau berbatasan langsung dengan kampung Besi (Thiatpu). Posisi tepatnya kampung Betoer saat ini berada di kawasan seputaran simpang empat menuju kantor Walikota Pangkalpinang. Pada masa lalu, simpang ini dikenal dengan nama simpang Betoer dan setelah dibangun kantor Walikotamadya Pangkalpinang di sisi Selatan kampung Betoer pada tanggal 7 April 1977 (diresmikan oleh Mendagri Amir Machmud), simpang ini lambat laun disebut masyarakat dengan nama simpang empat lampu merah kantor Walikota.
Dalam peta Resident Bangka en Onderh. Opgenomen door den Topografischen dienst in 1928-1929 Blad 34/XXV d. Reproductiebedrijf Topografische dienst, Batavia 1913 Auteursrecht Voorbehouden (Stbl 1912 No.600), digambarkan bahwa terdapat jalan raya yang terbuat dari tanah (belum diaspal) selebar Dua hingga Empat meter, menghubungkan kawasan Kelekak Betoer sampai ke simpang Semabung dan jalan tanah tersebut kemudian terhubung juga dari Kelekak Betoer ke arah Barat sampai ke rawa-rawa di sekitar sungai Pedindang menuju ke arah kampung Paritlalang dan sisi Barat kampung Bintang (Naisipuk).
Sedangkan jalan yang menghubungkan kawasan Kelekak Betoer ke arah Selatan atau ke arah kantor Walikota Pangkalpinang belum dibangun sama sekali dan pada bagian ujung jalan masih terdapat perumahan kuli penambang Timah (Koelieloods Mijn). Selanjutnya terdapat jalan setapak untuk pejalan kaki yang menghubungkan antara Kelekak Betoer ke arah Timur menuju jalan raya dari simpang Semabung ke arah distrik Koba.
Sejarah penamaan (toponimi) kawasan ini dengan nama spesific Betoer adalah karena pada kawasan ini awalnya adalah hutan atau rimbak yang banyak ditumbuhi flora berupa kayu atau pohon yang disebut masyarakat Bangka dengan nama kayu Betoer. Karena kayu Betoer sifatnya ringan dan cukup kuat, mudah dikelupas bagian kulitnya sehingga akan tampak bagian kayunya yang putih dan licin, maka kayu Betoer sering digunakan oleh masyarakat untuk membuat pondok Ume dalam kegiatan di ladang, untuk bahan membuat pagar rumah, tempat jemuran pakaian, untuk dinding dan lantai pondok serta untuk tangga memetik Sahang atau Lada.
Selanjutnya lokasi Kelekak Lantai saat ini juga sudah menjadi kawasan pemukiman di Selatan Pangkalpinang dan menjadi salah satu batas wilayah Kota Pangkalpinang dengan wilayah Kabupaten Bangka Tengah di Kecamatan Pangkalanbaru. Sementara itu kawasan kelekak Taklok di wilayah Tuatunu juga sudah menjadi kawasan pemukiman penduduk dengan banyaknya berdiri kompleks perumahan. Umumnya kawasan kelekak yang ada di pulau Bangka karena kebutuhan akan ruang dan lahan untuk permukiman kemudian berkembang menjadi perkampungan dan umumnya ketika menjadi kampung toponimi generic kelekak menjadi hilang dan penamaan wilayah geografis kampung hanya menyisakan nama spesifiknya saja (Bersambung/***)