Rakyat Babel Menggugat Timah (Bagian 1 dari 2 tulisan): Timah Masih Berpotensi Rp 595 Triliun
Safari Ans-screnshot-
Oleh: Safari Ans.
Wartawan Senior dan Salah Satu Tokoh Pejuang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
”KOMODITAS tambang timah masih tetap menggiurkan, setidaknya 25 tahun kedepan. Perhitungan hipotetik PT Timah Tbk, tonase sumberdaya timah di Bangka Belitung (Babel) masih ada 1.026.380 ton setara Rp 595 triliun bila harga timah di pasar dunia USD 35.575 (rilis CNBC 05 Juli 2024 dengan kurs dollar Amerika Serikat Rp 16.305). Potensi cadangan timah masih ada sekitar 651.450 ton atau setara Rp 378 triliun. Tapi rakyat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tak ada masa depan. Padahal 23% daratan Babel habis untuk wilayah tambang timah aktif. Karena Babel tidak punya Dana Abadi Daerah (DAD).”
-------------------------
KEMENTERIAN Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) setahun lalu pernah mengabarkan bahwa keberlanjutan industri timah nasional ditaksir hanya tersisa untuk 25 tahun lagi. Dari catatannya, saat ini cadangan timah hanya mencapai 2,23 juta ton logam timah, dengan tingkat produksi mencapai 0,085 juta ton logam timah per tahun. Sehingga, diprediksi umur cadangan timah hanya sampai pada tahun 2046. Pas sampai hingga seabad Kemerdekaan Republik Indonesia atau saat Indonesia Emas tahun 2045.
Tim timah yang dibentuk Gubernur Erzaldi Rosman Djohan tahun 2020 telah mencatat per Agustus 2019, terdapat 991 izin usaha pertambangan timah dengan luas 962.712 hektar di wilayah Babel. Wilayah darat 389.911 hektar dan wilayah laut 572.801 hektar. Dari luas wilayah tambang timah itu, milik PT Timah Tbk tercatat 428.296 hektar, dan milik swasta 534.416 hektar.
Dari luas tersebut, PT Timah Tbk memiliki wilayah tambang darat 288.633 hektar, wilayah laut seluas 139.662 hektar. Sementara pihak swasta memiliki luas wilayah tambang darat 101.277 hektar dan 433.138 hektar di laut. Dari luas wilayah tambang timah itu, diperkirakan tonase cadangan timah di Babel masih ada 651.450 ton. Tetapi tonase sumberdaya yang diambil datanya dari PT Timah Tbk, mencapai 1.026.381 ton.
Pengertian tonase sumberdaya, menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Sedangkan tonase cadangan, merupakan endapan mineral atau batubara yang telah diketahui ukutan, bentuk, sebaran, kuantitas, dan kualitasnya dan secara ekonomis, hukum, sosial, lingkungan dan teknis memungkinkan untuk ditambang.
Dari data itu, dapatlah asumsikan seberapa besar pendapatan Babel dari timah. Mari kita berhitung secara kalkulatif dengan asumsi harga timah terendah dan kurs dollar Amerika juga terendah. Kita asumsikan kurs dollar AS Rp 14.315,- dan harga timah dunia saat itu (tahun 2019) USD 16.975, maka harga timah setara Rp 243.007.310 per ton. Jika tonase sumber daya timah 1.026.381 ton, maka diperkirakan kekayaan timah Babel masih sekitar Rp 250 triliun. Tetapi dihitung berdasarkan tonase cadangan timah di bumi Serumpun Sebalai, masih sebesar 651.450 ton, maka nilai jual timah Babel akan mencapai Rp 159 triliun saja sampai tahun 2046.
Dengan asumsi itu, perhitungan tonase sumberdaya penghitungan royalti 3% dapat dihitung begini. Total royalti hingga timah habis di Babel, sebesar Rp 7,4 triliun. Dari royalti 3% itu untuk daerah penghasil mendapat Rp 2,4 triliun (32%). Daerah yang berdekatan Rp 2,4 triliun (32%). Provinsi mendapat Rp 1,2 triliun (16%). Dan Pemerintah Pusat dapat Rp 1,5 triliun atau 20% dari royalti 3% tersebut.
Namun apabila berdasarkan tonase cadangan yang bernilai jual timah berdasarkan harga USD 16.975/ton tahun 2019 (kini harga timah di atas USD 33.000/ton) mencapai Rp 159 triliun. Dari nilai itu, daerah penghasil 32% setara Rp 1,5 triliun, daerah berdekatan 32% atau Rp 1,5 triliun, provinsi 16% sama dengan Rp 760 miliar, dan Pemerintah Pusat 20% mencapai Rp 950 miliar. Itulah sisa royalti timah yang akan diperoleh Bangka Belitung hingga timah habis tahun 2046 mendatang.
TIMAH KOMODITI PRIMER
Luas wilayah keseluruhan (darat dan laut) Babel 81.725 km2 atau setara 8.172.500 hektar. Jika wilayah tambang timah seluas 962.712 hektar itu, berarti luas tambang timah mencapai 12% dari luas wilayah Babel. Jika luas tambang darat seluas 389.911 hektar, berarti 23% luas daratan Babel seluas 1.642.400 hektar. Jika luas tambang laut 572.801 hektar, berarti tambang timah di lautan Babel mencapai 9% dari luas lautan 6.530.100 hektar.