Setelah Nusantara Investasi 111 Tahun: Kini Sudah Ribuan Triliun Dollar AS

Safari Ans-screnshot-

Oleh: Safari Ans

wartawan Senior dan Salah Satu Pejuang 

Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

 

”RAKYAT layak mendapatkan bonus kemerdekaan setelah Nusantara melakukan investasi selama 111 tahun sejak tahun 1913 hingga sekarang. Semua investasi itu tercatat pada 886 rekening di berbagai bank dan negara di dunia saat ini. Bahkan tanah Nusantara (a land bil land) dalam perjanjian The Promised Land 17 Juli 1917 menjadi jaminan pecetakan uang 126 negara dan jaminan obligasi 153 negara di dunia. Hasilnya sekarang bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Namun sayang banyak anak bangsa Indonesia tidak memahaminya.”

---------------------

PADA awal abad ke-20, ketika penduduk dunia belum genap 2 miliar, Nusantara telah melakukan investasi jangka panjang sejak tahun 1913. Sekarang sudah 111 tahun (2023) lamanya investasi itu, penduduk dunia sudah mencapai 7 miliar (2024). Kini rakyat Nusantara yang kini bernama Indonesia, tinggal memetik hasilnya. Ini sekaligus persiapan menyongsong ketika penduduk dunia mencapai 11 miliar pada tahun 2100 atau awal abad ke-22.

Periodisasi investasi Nusantara itu memang sudah dimulai sejak tahun 1913 (zaman penjajah Belanda) hingga tahun 2045 (Tahun Emas Indonesia). Soekarno telah diberi kepercayaan untuk melanjutkan program investasi tersebut hingga terbentuknya peradaban baru manusia di planet bumi (the world of order). Zaman ketika planet bumi sudah tidak mampu lagi menampung kehidupan manusia.

Jenis investasi yang dilakukan nenek moyang bangsa Indonesia, jika menggunakan kacamata sekarang, nampaknya tak masuk akal. Dan risih menceritakannya. Sebab apapun alasan yang kita sampaikan, akan dianggap hoax. Tetapi apabila menggunakan akal sehat, dan berpikir runut secara saintifik, kita bisa membaca bagaimana situasi dunia ketika bumi masih dihuni kurang dari 1 miliar manusia. Saat itu nenek moyang Nusantara (kini Indonesia) telah melakukan investasi.

Setelah penulis melakukan investigasi dan penelitian selama lebih dari 30 (tiga puluh) tahun di Eropa, Amerika Serikat, dan Cina, merasa perlu mempublikasikan tentang investasi Nusantara ini. Karena dunia internasional pernah berusaha untuk menutupi sejarah aset dan investasi yang dilakukan oleh Nusantara ini. Sebab, tidak ada satu perguruan tinggi pun mau melakukan riset tentang ini. Bahkan tidak ada literatur yang dapat dibaca dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Tetapi penulis mengkajinya secara saintifik sehingga bisa diukur dan diuraikan. Semoga periodisasi investasi Nusantara ini akan membantu bangkitnya Indonesia di era kepemimpinan Prabowo Subianto mulai Oktober 2024 mendatang.

Periode The Promised Land

Periode ini berjalan dari 1913 hingga 1928. Tentu saja pada periode ini, Indonesia belum bernama. Semua wilayah yang meliputi wilayah Indonesia sekarang, termasuk Papua dan Serawak adalah wilayah jajahan kolonial Belanda. Luas wilayah jajahan Nederland Indische hampir sepertiga bumi kala itu.  Pada periode ini, Gubernur Jenderal Onderneming (Belanda) John Henry van Blommestein bersama istrinya Nyimah Entjeh (Siti Aminah), Rothschild, dan Rockefeller mendirikan bank sentral dunia di Amerika Serikat bernama Federal Reserve Bank dengan saham terbesar hingga 70% (tujuh puluh persen) Nyimas Entjeh pada tahun 1913.

Gubernur Jenderal Onderneming Perkebunan seluruh Nusantara selalu memberikan laporan secara administrasi kepada Raja Willem II (Raja Belanda). John Henry  bersama Nyimas Entjeh melakukan perjanjian The Promised Land (A Land Bill Land) 17 Juli 1917 untuk mengkonversi tanah milik Nusantara menjadi jaminan pencetak 126 mata uang dunia. Bahkan pada 25 Juli 1919, seluruh Eirgendom (Acte Van Eigendom) Nyimas Entjeh dijadikan kolateral obligasi 153 (SI C.300 atau MT760) negara. Eigendom itu telah menjadi “The Land of Certificate International”. Kelak inilah cikal bakal 886 rekening di negara yang bersangkutan atas nama White Spiritual Boy yang dirilis oleh IMF, World Bank Group, dan The Committee 300 tahun 2012.

Kemudian Nyimas Entjeh, memindahkan bank di Jawa ke Switzerland dengan nama baru Union Bank of Switzerland (UBS). Bank ini sebagai gubungan dari 4 bank di Indonesia yakni Bank Tani Nelayan, Bank Gule Kelopo, Bank Rempah-rempah, dan Bank Sutra melalui perusahaan yang saham seluruh dimiliki keluarga besar Nyimas Entjeh. Bank UBS berperan sebagai Bank Collateral House pencetakan 126 mata uang dan obligasi 153 negara di dunia dengan jaminan Eirgendom Nyimas Entjeh tadi.

Tag
Share