Sabtu, 23 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Pangkalpinang
Politika
Daerah
Bangka
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Bangka Barat
Belitung
Belitung Timur
Komunikasi Bisnis
Advetorial
Kolom
Catatan Politik
Bahasa
History
Taring
Soccer
Lainnya
Gadget
Hiburan
Literasi
Kesehatan
Nasional
Opini
Network
Beranda
Taring
Detail Artikel
Ndasmu Etik Ndasmu Mumet
Reporter:
Ahmadi Sopyan
|
Editor:
Syahril Sahidir
|
Kamis , 21 Dec 2023 - 19:33
Ahmadi Sopyan--
ndasmu etik ndasmu mumet kalau lempah kuning (masakan khas bangka) yang dimakan adalah kepala ikan, tapi kalau politik yang dimakan adalah kepala kawan. oleh: ahmadi sofyan penulis buku/pemerhati sosial budaya walaupun bukan orang jawa, tapi saya pernah belasan tahun (14 tahun) hidup di pulau jawa, tepatnya di jawa timur. bahkan beristerikan orang asli jawa timur, sehingga sedikit banyak saya memahami dan berkomunikasi aktif berbahasa jawa walau menetap di pulau bangka. bahkan kuliner jawa timur seperti rawon, pecel, lodeh dan sebagainya adalah makanan yang sangat saya sukai. pun demikian dengan seni budaya juga tembang-tembangnya. bahkan beberapa minggu terakhir ini, lagu yang paling sering saya putar saat di mobil adalah tembang berbahasa jawa berjudul “walisongo” yang diciptakan oleh adik kelas saya semasa nyantri di pesantren di jawa timur, gus ahans mahabie (pimpinan pondok pesantren honocoroko wonogiri jawa tengah). lagu yang diciptakan dan dinyanyikan banyak artis ini sering saya nyanyikan saat menyetir kendaraan. beberapa hari lalu, saya telpon gus ahans mahabie dan kami ngobrol ngalor ngidul tentang tembang bercampur sholawat nabi tersebut. adik kelas sekaligus sahabat sekamar yang berasal dari jombang jawa timur ini memang selain alim dalam pengetahuan agama, beliau juga alim dalam hal seni dan budaya jawa. jadi pesantren yang ia kelola adalah pesantren yang sangat kental seni budayanya, termasuk busana dan seni jawa menjadi bagian dari kurikulum pesantren. beberapa waktu, saya pernah menginap di pesantren ini, di kediaman sang pimpinan pesantren yang masih sangat muda dan dikenal santun sebagaimana toto kromo orang jawa (jawa timur, jawa tengah dan jawa barat) yang sangat mengutamakan adab, adat dan etika dalam kehidupan, baik kepada alam, gusti allah, kanjeng nabi apalagi kepada sesama manusia. baca juga:“sibeng” sana “sibeng” sini “wong jowo ilang jowone” (orang jawa kehilangan jawanya), maka bagi orang jawa adalah keburukan akhlak yang sangat tidak pantas untuk diteladani apalagi dijadikan pemimpin. kesantunan dan wibawa orang jawa bukan pada kepintaran, kecerdasan, kealiman, namun pada tata krama kehidupan dan ucapan. seorang calon pemimpin apalagi calon presiden, etika, adab, ucapan dan segala tindak tanduknya harus mampu menjadi teladan bagi orang lain, terlebih generasi muda. makanya sejak zaman dahulu kala, seseorang yang diangkat menjadi pemimpin adalah orang yang memiliki adab, etika dan tata krama yang tinggi, bukan sekedar intelektualitas semata. orang jawa itu memiliki karakter halus dan sopan, tercermin ketika orang jawa berbicara dan bersikap penuh dengan tata krama, unggah-ungguh yang sangat dikagumi oleh banyak suku diberbagai daerah bahkan dunia. seorang calon presiden adalah orang wajib memiliki keteladanan dalam perilaku, ucapan, tata krama, adab, sikap, baik itu ditengah masyarakat, sedang pidato, diatas panggung, mendengar omongan orang, reaksi ketika dikritik, dipuji, dan sebagainya akan tersorot dan menjadi bahan bagi orang lain untuk mengomentari. tentu ini hal yang sangat lumrah dan memang harus begitu, sebab seorang presiden republik indonesia adalah cerminan dari rakyat indonesia itu sendiri dan ia membawa karakter luhur bangsa besar ini. ketika seorang calon presiden dalam berdebat dan diskusi dengan menunjukkan sikap yang tidak sopan, nyinyir, menjulurkan lidah, “ngenyek” (mengejek), berjoget dan bersikap berlebihan menunjukkan betapa kualitas diri sangatlah rendah dalam memberikan keteladanan kepada orang lain. bahasa mudahnya, mengontrol diri sendiri ia tidak mampu apalagi mengontrol orang lain dan persoalan bangsa yang pastinya bakalan rumit. oleh karenanya, kata “ndas” dalam bahasa jawa memiliki arti kepala. bahasa jawa memiliki kata-kata yang digunakan sesuai dengan tingkatan sopan santun saat seseorang berbicara atau mengomentari orang lain. sebagaimana di pulau bangka, misalnya kepala untuk umum, “penujung” untuk kata sopannya. “perot aret” untuk kata kasar soal perut dan “pengenyang” untuk bahasa santunnya. begitupula dengan bahasa jawa dari kalimat “ndas” merupakan kata dalam bahasa jawa ngoko yang memiliki tingkatan paling rendah (kasar). sementara kepala di tingkatan kedua biasanya disebut “sirah” dalam bahasa jawa krama. sedangkan di tingkatan paling santun atau tertinggi adalah jawa kromo inggil disebut dengan “mustaka”. berkaitan dengan kata “ndasmu etik” biasanya digunakan dalam bahasa ejekan atau candaan kepada orang yang lebih muda atau sepantaran. kata “ndas” adalah kata yang sangat rendah dan biasanya digunakan untuk menyebut kepala binatang atau mencaci maki seseorang. jika digunakan dalam bahasa seorang pemimpin, ulama, orang berpendidikan, dalam pidato didepan umum, maka menggunakan kalimat “ndasmu” adalah hal yang sangat pamali dan ini disebut sangat-sangat kasar (kotor) dan sangat tidak etis sama sekali. sehingga apapun pangkat orang tersebut, jubah yang ia pakai, titel yang berderet didepan dan dibelakan namanya, tidak akan berarti apa-apa kala ia tidak bisa menjaga adab dan etika terlebih adalah ucapan. hal ini menunjukkan betapa karakter kokoh tertanam oleh leluhur kita berkaitan dengan adab, etika, adat istiadat dan lain sebagai sebagai karakter sebuah bangsa bernama indonesia. dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seorang pemimpin sangat dipandang dari etika dan estitikanya, misal dari pakaian, jalan, makan, gandengan pasangan, membawa tas, duduk, berdiri, kala menjadi tuan rumah, saat menjadi tamu, saat ditengah masyarakat, saat rapat terbatas, saat rapat umum, saat pidato, bahkan bersin dan nguap sekalipun, tentunya memiliki etika dan estetika yang harus sempurna sebab ia adalah teladan bagi banyak orang. ketika etika dan estetika ini tidak lagi dianggap penting, maka bersiaplah kehilangan karakter diri terlebih kalau ia adalah pemimpin, maka lambat laun karakter bangsa akan hilang dengan sendirinya. nah, jika bicara “ndasmu etik” oleh seorang pejabat negara dan juga seorang calon pemimpin, maka perlu dikritisi dan diberikan pemahaman mendalam bahwa bicara soal etik memang dimulai dari “ndas” (kepala). jika kepala dingin, maka etik akan dapat diwujudkan, jika kepala panas, maka lidah bisa menjulur, mata memerah, tangan memukul podium dan untuk mengatasinya dengan joget. makanya seorang pemimpin itu perlu dan wajib dalam etik dan estetik. sebab, kalau tidak, “ndasmu mumet” so, sebesar apapun ambisi dalam meraih mimpi, tetaplah sangat tidak etis kala meremehkan orang lain dan menganggap etika dan estetika itu tidak penting. walau politik itu adalah taktik, tapi tetaplah gunakan etik dan estetik. kalau tidak, bersiaplah negeri ini kehilangan karakter bangsanya, indonesia. “ndasmu etik… ndasmu mumet?!” salam ndasmu!(*)
1
2
»
Tag
# ndasmu
# sopyan.
# ahmai
# taring
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Babel Pos 22 Desember 2023
Berita Terkini
Yuri: Kongkrit, Komprehensif, Berjuang dan Tawakal Bersama-sama Dengan BERAMAL
Headline
42 menit
Kekuatan Pasangan BERAMAL: Membangun Bangka Belitung Berkolaborasi Tegak Lurus
Headline
1 jam
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Dinilai Baik, Mendiktisaintek: Tidak Wajib!
Headline
2 jam
King Faisal Specialist Hospital Memperkenalkan Layanan Patologi Virtual Perintis di Madinah
Headline
2 jam
Ini Dia Konsep, Fitur, dan Teknologi Varian Mitsubishi Xforce Ultimate DS
Headline
3 jam
Berita Terpopuler
Kerugian Negara Hanya Dihitung BPK Bukan BPKP, PT Timah Bukan BUMN!
Headline
12 jam
Kabag Ops Polres Solok Selatan Tembak Kasat Reskrim, Dor! Dadan pun Menyerah
Headline
12 jam
PJ Gubernur Resmikan SPKLU PLN Pertama
Pangkalpinang
12 jam
Kabag Ops Polres Solok Selatan Tembak Kasat Reskrim Hingga Tewas
Headline
20 jam
Polisi Tembak Polisi, DPR RI Bakal Panggil Kapolda Sumbar
Headline
18 jam
Berita Pilihan
Pernyataan Sandra Dewi Mengecewakan, Rp 420 M, Kemana?
Headline
1 bulan
Bos Smelter Ungkap, MoU Dengan PT Timah dan CSR untuk Bantu Pemerintah dan Rakyat
Headline
1 bulan
Sidang Tipikor Tata Niaga Timah Aon Cs, Saksi Tak Sebut Terdakwa?
Headline
1 bulan
Tipikor Timah, dari Super Heboh, Kini Mulai Senyap?
Headline
4 bulan
Dugaan Tipikor KUR BSB Naik Penyidikan, Siapa Calon Tersangka?
Headline
4 bulan