KAMPUNG KEPOH (Bagian Empat)

Akhmad Elvian-dok-

Oleh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP

Sejarawan dan Budayawan

Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia

 

KONDISI awal Pangkal Kepoh setelah penyerahan pemerintah Inggris kepada pemerintah Hindia Belanda sedikit yang dapat kita ketahui. 

----------------

DALAM Kaart van het Eiland Banka 1819 dan Kaart van het Eiland Banka en de rivier van Palembang, karya Majoor Adjhaff, tampaknya wilayah Pangkal Kepoh berada dalam wilayah Depati Pako. Distrik Toboaly berdasarkan peta  terbagi atas Tiga Depati yaitu Depati Permesang, Depati Balar dan Depati Pako. Dalam Kaart van het Eiland Banka 1819 dan Kaart van het Eiland Banka en de rivier van Palembang 1821, yang dibuat pada saat masa-masa awal kekuasaan Hindia Belanda di pulau Bangka setelah penyerahan dari kekuasaan Inggris, tampaknya ada Dua wilayah geografis yang menggunakan nama spesifik Kepoh, yaitu Pangkal Kepoh atau Kampung Kepoh Lama dan Kampung Kepoh. Kota Toboaly sebagai pusat distrik digambarkan sudah terhubung melalui jalan darat ke wilayah di Timurnya yaitu kampung Medang dan setelah melalui kawasan yang berawa-rawa sampai ke kampung Kapo dan bila perjalanan diteruskan ke arah Timur Laut, maka akan sampai ke kampung Kapo Lama (Pangkal Kapo) di dekat sungai Kapo (maksudnya sungai Kepoh). 

Pada Kaart van het Eiland Banka 1819 dan Kaart van het Eiland Banka en de rivier van Palembang 1821, kampung Kapo Lama (Pangkal Kapo) belum digambarkan dengan bendera Merah-Putih-Biru atau belum dikuasai Pemerintah Hindia Belanda atau masih dikuasai oleh kepala kepala rakyat dan bajak laut. Dalam Kaart van het Eiland Banka, JW. Stemfoort, s,Gravenhage, 1885, Kampung Kapo disebut dengan Kapo Ketjil. Penamaan Kampung Kapo Ketjil seiring dengan letak Kapo Ketjil di kaki gunung Kapo (208 m) yang terletak di Timur Laut Toboali of Sabang.

Seorang peneliti berkebangsaan Jerman, Franz Epp, dalam bukunya Schilderungen aus Ostindiens Archipel, Heidelberg: J.C.B. Moh, 1841, halaman 190 menyatakan, bahwa Kepoh merupakan daerah penghasil Timah dan hasil Timah dari Kepoh disatukan dengan produksi Toboali. Pada Tahun 1839 Masehi produksi Timah dari penambangan di Delapan distrik pulau Bangka berjumlah 60.500 pikul (1 pikul berkisar 60 kg), dan produksi Timah dari distrik Toboali termasuk Kepoh meliputi 10.000 pikul atau lebih dari Seperenam produksi Timah dari Delapan distrik yang ada di pulau Bangka yaitu dari distrik Muntok, distrik Sungaiselan, distrik Koba, distrik Pangkalpinang, distrik Sungailiat-Marawang, distrik Toboali termasuk Kepoh, distrik Jebus dan distrik Belinju termasuk Kelabat. Franz Epp, dalam bukunya yang kedua, Schilderungen aus Hollandisch-Ostinden, Heidelberg, J.C.B. Mohr, 1852, halaman 209, merinci secara detail bahwa pada Tahun 1848 Masehi jumlah kampung di distrik Toboali termasuk Kepoh berjumlah 32 kampung, dengan komposisi penduduknya yang pribumi Bangka (Bankanesen) sejumlah 3.513 orang, selanjutnya orang-orang Melayu berjumlah 725 orang dan terakhir orang-orang Cina berjumlah 1.311 orang. 

Jumlah keseluruhan penduduk di distrik Toboali pada masa itu sekitar 5.549 orang. Dr. Franz Epp, dalam bukunya yang sama pada halaman 212, merinci dengan detil jumlah penduduk di beberapa wilayah pemukiman (kampung) di distrik Toboali pada Tahun 1848 Masehi atau pada awal sebelum perang Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir, yaitu Toboaly termasuk Kepoh 753 jiwa, Gossong 1.121 jiwa, Nieri (maksudnya Nyire) 1.107 jiwa, Olim 721 jiwa, die minen (maksudnya penduduk yang tinggal pada beberapa lokasi pertambangan) 883 orang, Pulu Lepar (maksudnya pulau Lepar) 964 jiwa penduduk. Total keseluruhan penduduk di distrik Toboali termasuk penduduk di Kepoh dan pulau Lepar (ada 1 kampung di Ayer Menga) yaitu 5.549 jiwa. Bila dibandingkan dengan data statistik (statistische verhaltnisse) jumlah penduduk pulau Bangka pada Tahun 1848 secara keseluruhan yaitu 41.246 jiwa, maka jumlah penduduk di distrik Toboali termasuk Kepoh meliputi hampir 13,45 persen dari seluruh jumlah penduduk pulau Bangka yang mendiami 482 kampung di Delapan distrik pulau Bangka.  Statistische verhaltnisse dalam buku Dr. Franz Epp, tampaknya tidak memasukkan Orang Eropa dan para tahanan serta budak yang relative Banyak di pulau Bangka. Sementara itu Djoko Marihandono, dkk, dalam bukunya Sejarah Bangka Belitung Jilid 2 halaman 249-253 yang diterbitkan Tahun 2019 menyatakan, bahwa van de Velde menetapkan jumlah penduduk pulau Bangka sebesar 35.731 jiwa dan menurut Melvill van Carnbee sebanyak 36.000 jiwa. 

Perhitungan pada 1845 menyebutkan jumlah 38.099 jiwa dan jumlah tahun 1846 menyebutkan di Bangka terdapat  61 orang Eropa, 26.298 orang Bangka, 1.855 orang Melayu, 12.226 orang Cina dan 19 orang budak; seluruhnya berjumlah  40.150 jiwa (tanpa penduduk di Pulau Lepar). Masing-masing distrik memiliki wilayah dan kekhususan tersendiri. Pada 1845 masing-masing distrik dapat dilaporkan untuk Penduduk Distrik Toboali termasuk Koppo (maksudnya Kepoh) sebagai berikut; Distrik Toboali yang terdiri atas daerah-daerah Toboali, Gossong, Nyeri, Olim dan Pulau Lepar. Daerah Toboali terdiri atas dua kampung yakni Sabang sebagai pusatnya, dan Koppo. Di ibukota ini tinggal administrator Eropa. Di distrik ini ditempatkan beberapa orang tentara dan seorang perwira kesehatan. Sabang berpenduduk 657 jiwa, yang terdiri atas  137 orang Bangka, 151 orang Melayu dan 369 orang Cina. Kampung Koppo (maksudnya Kampung Kepoh lama) hanya berpenduduk 100 jiwa, yang terdiri dari  3 orang Bangka, 34 orang Melayu dan 59 orang Cina. Daerah Gossong memiliki 13 kampung, Nyeri 11 kampung dan Olim 6 kampung. Pada berbagai tambang di distrik ini tinggal sebanyak 883 orang Cina. Tambang-tambang ini setiap tahun menghasilkan 7.000 pikul Timah. Daerah Pulau Lepar merupakan pulau yang melalui selat sempit yang dipisahkan dari pulau Bangka. 

Berdasarkan Kaart van het Eiland Banka, zamengesteld in 1845 en 1846 door H.M. Lange, kita juga dapat mengetahui dan mempelajari posisi dan nama beberapa kampung di distrik Toboali sebelum pembentukan kampung-kampung baru oleh pemerintah Kolonial Belanda setelah perang Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir Tahun 1848-1851 Masehi. Jika setelah perang Bangka usai, kampung-kampung yang dibentuk pemerintah Kolonial Belanda terkonsentrasi pada kiri dan kanan jalan raya yang dibangun Belanda mulai dari distrik Mentok, distrik Pangkalpinang ke distrik Koba terus ke distrik Toboali, maka melalui peta yang disusun oleh H.M. Lange, kita dapat melihat posisi kampung-kampung di distrik Toboali sebelum perang Bangka yang didirikan menyebar dan umumnya terletak di tepi-tepi sungai atau lembah sungai. Umumnya kampung-kampung tersebut setelah perang Bangka telah hilang dan atau berganti nama dengan kampung-kampung baru serta ada sedikit kampung yang masih menggunakan nama kampung atau toponimi yang lama dan masih tetap berada di lokasi atau wilayah geografis yang sama seperti pada Pangkal Kapo yang disebut dengan Kampung Kapo Lama dan kampung Kapo.

Pada saat sebelum perang Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir (sebelum Tahun 1848 Masehi), pusat distrik Toboali berada di Pangkal Toboali dekat Tanjong Sabong/Sabang, sekarang Tanjung Ketapang, kemudian beberapa kampung tercatat antara lain kampung Bakon, Oud Toboali, kampung Sabang, kampung Kepo, Kampong Baroe, Tanjong Paoe, kampung Kapo Lama (maksudnya Pangkal Kapo), kampung Ringang, kampung Bajor, kampung Gossong, kampung Olim, kampung Krisik, kampung Penda, kampung Ketapang, kampung Nyilanding, kampung Bientja, kampung Kaijoeara lama, kampung Kaijoeara-Itam, kampung Serdang, kampung Melasat, kampung Paija Raoet, kampung Ayer Gegas, kampung Nyire, kampung Pependang, kampung Pinang, kampung Sekanong, kampung Merang, kampung Pako, kampung Jilaton, kampung Sanpi, dan kampung Nanka, serta beberapa kampung kecil lainnya di arah Barat Laut Toboali sampai ke Banka-Kotta.(***/Bersambung)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan