Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Strategi Green Economy Untuk Mengembalikan Produktivitas Lada Di Bangka Belitung

Efendi Sugianto.-Dok Pribadi-

Oleh : Dr. Efendi Sugianto, S.Pd.I., S.E., M.M.  

Dosen Ekonomi Syariah Universitas Pertiba Pangkalpinang

 

Lada hitam pernah menjadi komoditas unggulan dan kebanggaan Bangka Belitung, mengukir nama daerah di pasar Internasional, menempatkan wilayah ini di peta perdagangan rempah dunia. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, produksi lada mengalami penurunan tajam yang mengancam mata pencaharian ribuan petani lada, penurunan ini tidak sekadar akibat faktor agronomi, melainkan juga hasil dari pola pembangunan yang mengabaikan kelestarian lingkungan. 

 

Konsep Green Economy muncul sebagai kerangka yang menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan ekosistem. Artikel opini ini akan menjelaskan mengapa strategi green economy menjadi kunci untuk mengembalikan produktivitas lada di Bangka Belitung.

 

Pada akhir abad ke-19, Bangka Belitung menyumbang lebih dari setengah produksi lada dunia berkat tanah vulkanik yang subur, lada hitam dari Kepulauan Bangka Belitung ini dikenal dengan aroma khas dan kualitas premium yang diminati pasar Eropa. 

 

Setelah masa kolonial, alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertambangan timah mengurangi luas kebun lada secara signifikan. Dalam tiga dekade terakhir, luas lahan lada menurun hingga 70 persen, menurunkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB daerah, kehilangan tersebut tidak hanya mengurangi pendapatan petani, tetapi juga menghapus warisan budaya agronomi yang telah lama terjaga.

 

Saat ini produktivitas lada di Bangka Belitung masih berada di bawah potensi genetiknya hanya sekitar satu ton per hektar. Faktor utamanya meliputi usia tanaman yang sudah tua, serangan hama dan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.

 

Kemudian praktik monokultur memperparah erosi tanah dan menurunkan kesuburan alam, sementara perubahan iklim membuat pola curah hujan tidak menentu, keterbatasan akses ke pembiayaan dan teknologi modern membuat petani sulit beralih ke metode yang lebih berkelanjutan. Kemudian tanpa intervensi yang tepat, tren penurunan produksi ini akan terus berlanjut dan mengancam ketahanan pangan lokal.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan