Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Maduro Tuding Kudeta CIA

Nicolas Maduro-screnshot-

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mengonfirmasi otorisasi operasi rahasia Central Intelligence Agency (CIA) di wilayah Venezuela pada 15 Oktober 2025, menandai eskalasi baru dalam tekanan terhadap pemerintahan Presiden Nicolás Maduro.

------------

DALAM konferensi pers di Gedung Putih, Trump menyebut bahwa operasi tersebut bertujuan untuk “menghentikan jaringan narkoba yang berafiliasi dengan rezim Maduro.”  Ia bahkan membuka kemungkinan serangan darat terbatas jika situasi dinilai membahayakan kepentingan nasional AS.

“Maduro tidak ingin main-main dengan Amerika Serikat. Ia sudah tawarkan segalanya — minyak, emas — agar kami hentikan operasi ini,” ujar Trump, mengonfirmasi laporan The New York Times bahwa pejabat Caracas sempat menawarkan saham besar di sektor sumber daya alam untuk melunakkan sanksi Washington.

Trump juga mengumumkan rencana pemotongan bantuan minyak senilai US$10 miliar dan peningkatan patroli militer AS di kawasan Laut Karibia, termasuk pengerahan kapal induk USS Gerald R. Ford.  Wakil Presiden JD Vance menegaskan langkah ini bukan sekadar gertakan.

"Venezuela adalah ancaman keamanan bagi AS. Kami tidak akan ragu mengambil tindakan tegas,” katanya.

Menanggapi langkah itu, Presiden Maduro dalam pidato di Caracas pada 22 Oktober mengecam keras operasi rahasia tersebut dan menuduh Trump melancarkan “kudeta CIA”.  Ia juga mengklaim bahwa negaranya memiliki 5.000 unit rudal anti-pesawat buatan Rusia yang telah ditempatkan di posisi strategis untuk mempertahankan kedaulatan Venezuela.

"Kami siap melindungi tanah air dari setiap agresi asing,” tegas Maduro.

Pemerintah Venezuela kemudian memutus hubungan diplomatik sementara dengan Washington, menutup kedutaan besar AS di Caracas, dan memberi waktu 72 jam bagi personel AS untuk meninggalkan wilayahnya.

Menurut sumber pejabat AS, strategi baru Trump bukan untuk melancarkan kudeta langsung, tetapi mengguncang elite politik di sekitar Maduro agar pemerintahan tersebut roboh dari dalam.

Sebelumnya, Trump telah membatalkan jalur diplomasi melalui utusan khusus Richard Grenell sejak 6 Oktober, menandai berakhirnya pendekatan negosiasi damai.

Langkah ini melanjutkan kebijakan era pertama pemerintahan Trump, termasuk bounty US$15 juta bagi siapa pun yang berhasil menangkap Maduro atas tuduhan narco-terrorism.***

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan