Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Demokrasi Bangka Belitung: Antara Prosedur dan Ketakutan Sosial

Valery Muhammad Gibran.-Dok Pribadi-

Oleh Valery Muhammad Gibran, S. Psi., M. Psi.

Peneliti dan Dosen Universitas Anak Bangsa

 

 

INDEKS Demokrasi Indonesia (IDI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2022 berada pada angka 76,65—kategori sedang, namun masuk dalam sepuluh provinsi dengan skor terendah secara nasional. Sekilas terlihat stabil, tapi bila dilihat lebih kritis, terdapat ketimpangan mencolok antara aspek formal dan aspek substantif demokrasi.

 

Aspek kapasitas lembaga demokrasi memperoleh nilai tertinggi (85,05), tetapi kebebasan sipil justru paling rendah, hanya 66,36. Fenomena ini tidak hanya menyangkut desain kelembagaan, tetapi juga berkaitan dengan psikologi politik warga—bagaimana individu memaknai kebebasan, mengambil risiko dalam menyuarakan pendapat, dan merespons lingkungan sosial-politik sekitarnya.

 

Demokrasi dan Ketakutan: Masalah Psikologis yang Struktural

Dalam psikologi sosial, terdapat konsep "spiral of silence" (Elisabeth Noelle-Neumann) yang menjelaskan bagaimana individu cenderung diam dan menahan pendapat jika merasa pandangannya bertentangan dengan opini mayoritas atau berpotensi menimbulkan sanksi sosial. Dalam konteks Bangka Belitung, budaya lokal yang menghargai harmoni dan menghindari konflik bisa memperkuat kecenderungan ini.

 

Akibatnya, meskipun ruang institusional tersedia (seperti: DPRD, forum publik, atau kanal aduan) masyarakat enggan menggunakannya. Demokrasi prosedural berjalan, tetapi rasa aman untuk berpartisipasi belum terbangun. Ada ketakutan tersirat bahwa bersuara bisa dianggap sebagai bentuk pembangkangan, bukan kontribusi.

 

Dalam psikologi politik, ini disebut sebagai learned helplessness, suatu kondisi ketika individu merasa bahwa usahanya untuk mengubah keadaan tidak akan berdampak apa-apa, sehingga akhirnya memilih pasif. Bila warga percaya bahwa partisipasi politik tidak menghasilkan perubahan nyata (misalnya karena aspirasi selalu dibatalkan, atau kritik tidak direspons), maka mereka akan menarik diri dari proses demokrasi secara bertahap.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan