Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Gerobak Burok Sapi Gile

Ahmadi Sopyan-screnshot-

Oleh: AHMADI SOFYAN

Penulis Buku / Pemerhati Sosial Budaya

 

DARI banyak pasangan calon, ada yang memungkinkan diberi kepercayaan. Pilihlah untuk kepentingan daerah, bukan sekedar kepentingan politik kekuasaan, apalagi kepentingan pribadi. 

----------    

MENJADI pemimpin itu tidak hanya sekedar mengandalkan dari keinginan atau ambisi semata, apalagi sekedar karena memiliki modal materi, tetapi menjadi seorang pemimpin itu hendaknya didorong oleh kesadaran dan kemampuan. Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki massa yang banyak, tetapi ia harus memiliki konsep dan ide-ide cemerlang untuk merealisasikan visi dan misinya.

Menjadi pemimpin bukanlah pekerjaan mudah, apalagi ditengah berbagai persoalan yang melanda bangsa Indonesia ini. Persoalan hukum yang begitu menjijikkan, aparat penegak hukum yang menjual berbagai perkara sesuai dengan kebutuhan kantong serta masyarakat yang masa bodoh terhadap berbagai persoalan itu, membuat bangsa ini membutuhkan seorang pemimpin yang benar-benar handal. Ibarat membawa sebuah kapal ditengah lautan yang bergelombang tinggi dengan tiupan angin serta halilintar menyapa, maka dibutuhkan sosok nakhoda yang tak kenal takut serta patut dibanggakan para penumpang (rakyat).

Menjadi pemimpin harus mampu menjadi teladan bagi rakyatnya setiap saat. Ucapan, gerak tubuh, hingga kehidupan sehari-harinya harus bersikap sebagaimana seorang pemimpin, bukan karena ingin dianggap merakyat sehingga bersikap apa adanya bahkan tak memiliki wibawa kepemimpinan karena memang tidak siap menjadi seorang pemimpin. 

Demokrasi bebas yang telah berlangsung di negeri ini membuka kesempatan kepada siapa pun bisa menjadi pemimpin. Dari yang bukan siapa-siapa bisa menjadi orang hebat tanpa harus bersusah payah, tak peduli trackrecord, tak penting ilmu, apalagi moralitas. Yang penting ada uang, bisa menjadi pengurus partai atau bahkan membeli partai sebagai kendaraan mencapai kekuasaan, punya sedikit massa dengan menciptakan organisasi ini dan itu, mampu bermain sedikit  kasar , mau jadi apapun tidak sulit duduk di tahta kekuasaan yang diimpikan. Urusan moral, ilmu, iman dan wibawa dihadapan rakyat itu bisa diatur. 

Oleh karenanya seringkali saya katakan dihadapan kawan-kawan diskusi, kalau zaman dulu kita dinasehatin oleh orangtua: 

''Nak, kalau mau hebat, kalau mau jadi pemimpin seperti si Anu, maka mulai sekarang belajarlah yang rajin, sekolah yang pintar dan setinggi mungkin, jaga akhlak atau moralmu jangan sampai tercela,'' 

Sekarang ini kita bingung menasehati anak-anak kita ketika mereka ingin kita jadikan pemimpin. Siapakah pemimpin kita yang patut menjadi panutan, menjadi teladan karena pendidikannya, moralitasnya, keimanannya, wibawanya? Semuanya menjadi bias. 

Bahkan sekarang ini terlalu banyak bercokol para pemimpin, terutama para wakil rakyat yang tak memiliki kepatutan menjadi pemimpin/wakil rakyat, tapi apa mau dikata dan apa boleh buat, mereka sah menjadi pemimpin/wakil rakyat kita. 

Akhirnya tak mengherankan di era demokrasi bebas ini melahirkan para pemimpin dan wakil rakyat yang LUGU (Lucu dan Guoblok). 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan