Potensi Pohon Ketapang sebagai Salah Satu Alternatif Mewujudkan Konsep Ekonomi Hijau di Bangka Belitung

Reporter: Admin |

Editor: Budi Rahmad |

Senin , 14 Jul 2025 - 23:23

Dr. Sulvi Purwayantie S.TP., M.P.

Konservasi Sumber Daya Alam

Universitas Muhammadiyah Babel

IDE yang sudah lama menggelitik terkait dengan keberadaan pohon ketapang dengan nama latin Terminalia catappa ini yang mudah ditemukan seantero pulau Babel akhirnya terwujudkan. Ide ini perlu dijelaskan kepada masyarakat luas di Babel untuk dapat dianalisis lebih lanjut sebagai alternatif untuk mewujudkan konsep ekonomi hijau, terutama dalam mencari solusi alternatif sumber ekonomi non timah, apakah layak atau tidak?

Ide ini membutuhkan kajian komprehensif yang mendalam. Perlu dijelaskan fakta-fakta dilapangan tentang pohon ketapang yang dapat mewujudkan terciptanya konsep ekonomi hijau.

Ketapang sangat unik di Babel karena bukti-bukti nyata telah memperlihatkan bahwa ketapang adalah tumbuhan asli Babel, dengan adanya akar raksasa dari pohon ketapang di lokasi wisata di benteng Toboali. Di samping itu di sepanjang pesisir pantai kepulauan di Bangka, kawasan perkantoran Pemprov. Babel, dalam kota Pangkalpinang mudah sekali dijumpai pohon ketapang.

Dari peta wilayah sebaran pohon ketapang yang dilaporkan oleh Ramanan dkk. (2025).dapat disimpulkan bahwa ketapang yang ada di Babel adalah tanaman asli Babel. Lebih lanjut keberadaan pohon ketapang semakin bertambah karena usaha revegetasi reklamasi eks tambang timah oleh PT Timah Tbk., yang menanam pohon ketapang selama 5 tahun terakhir (2020-2025) mencapai 6628 pohon (Sumber: HSE PT Timah Tbk., mai 2025)

Secara ekosistem dan ekologi, pohon ketapang merupakan pohon yang mudah tumbuh (fast growing) terutama di lahan kritis sehingga dimanfaatkan oleh PT Timah Tbk. dalam revegetasi reklamasi pascatambang timah di wilayah-wilayah kerja perusahaan baik di Pulau Bangka maupun Belitung. Sayangnya pihak perusahaan hanya mempunyai data bibit yang dikeluarkan saja tidak ada data lain yang terkait dengan pohon ketapang.

potensi pohon ketapang sebagai salah satu alternatif   mewujudkan konsep ekonomi hijau di bangka belitung                            dr. sulvi purwayantie s.tp., m.p.
konservasi sumber daya alam
universitas muhammadiyah babel
 
ide yang sudah lama menggelitik terkait dengan keberadaan pohon ketapang dengan nama latin terminalia catappa ini yang mudah ditemukan seantero pulau babel akhirnya terwujudkan. ide ini perlu dijelaskan kepada masyarakat luas di babel untuk dapat dianalisis lebih lanjut sebagai alternatif untuk mewujudkan konsep ekonomi hijau, terutama dalam mencari solusi alternatif sumber ekonomi non timah, apakah layak atau tidak? 
 
ide ini membutuhkan kajian komprehensif yang mendalam. perlu dijelaskan fakta-fakta dilapangan tentang pohon ketapang yang dapat mewujudkan terciptanya konsep ekonomi hijau. 
 
ketapang sangat unik di babel karena bukti-bukti nyata telah memperlihatkan bahwa ketapang adalah tumbuhan asli babel, dengan adanya akar raksasa dari pohon ketapang di lokasi wisata di benteng toboali. di samping itu di sepanjang pesisir pantai kepulauan di bangka, kawasan perkantoran pemprov. babel, dalam kota pangkalpinang mudah sekali dijumpai pohon ketapang. 
 
dari peta wilayah sebaran pohon ketapang yang dilaporkan oleh ramanan dkk. (2025).dapat disimpulkan bahwa ketapang yang ada di babel adalah tanaman asli babel. lebih lanjut keberadaan pohon ketapang semakin bertambah karena usaha revegetasi reklamasi eks tambang timah oleh pt timah tbk., yang menanam pohon ketapang selama 5 tahun terakhir (2020-2025) mencapai 6628 pohon (sumber: hse pt timah tbk., mai 2025)
 
secara ekosistem dan ekologi, pohon ketapang merupakan pohon yang mudah tumbuh (fast growing) terutama di lahan kritis sehingga dimanfaatkan oleh pt timah tbk. dalam revegetasi reklamasi pascatambang timah di wilayah-wilayah kerja perusahaan baik di pulau bangka maupun belitung. sayangnya pihak perusahaan hanya mempunyai data bibit yang dikeluarkan saja tidak ada data lain yang terkait dengan pohon ketapang. 
 
persyaratan umum dalam konsep ekonomi hijau adalah dapat mengatasi krisis sosial, ekonomi dan lingkungan. pt timah tbk. di babel jelas sudah berupaya menerapkan pohon ketapang dalam mengatasi krisis lingkungan pascatambang timah. tetapi disayangkan tipikal pohon ketapang menggugurkan daunnya dalam 2x/tahun. oleh karena itu penambahan pohon berdampak bertambahnya sampah daun. 
 
dari hasil penelitian aryanti dkk. (2023) disebutkan bahwa 1 pohon ketapang dengan tinggi 3-5 m akan menghasilkan sampah daun ½ kg. bila jumlah pohon 6000 saja maka akan menghasilkan sampah daun 3000kg (3 ton). bagaimana dengan jumlah sampah daun pohon ketapang yang tumbuh alami diseluruh kepulauan babel.
 
sampai dengan tanggal 7 mai 2025, data jumlah pohon ketapang di prop. babel baik dari dlh propinsi dan dlh kota pangkal pinang termasuk bpdas tidak mempunyai data. hal ini menjadi kelemahan pemerintah daerah dalam mendata pohon, sebab pohon adalah bagian dari paru-paru dunia. sebuah kota/daerah yang mempunyai jumlah pohon konservasi sampai triliun akan lebih mudah menurunkan global warming.
 
menariknya ada seorang anak muda satu-satunya pengusaha asal pangkalpinang yang berani untuk melakukan pemanfaatan sampah daun ketapang yaitu mas lukman dengan cara melakukan ekspor ke berbagai negara seperti usa, kanada, inggris, jepang, turki, korea, singapura. sampah daun yang dijual ke luar negri dimanfaatkan utamanya bagi industri ikan hias. 
 
memang bentuk ekspor masih bentuk raw material sampah daun kering yang hanya mengalami sedikit sentuhan olahan sederhana, dikemas yang cantik dan siap ekspor. informasi dari mas lukman pada 2024, harga beli sampah daun 10-12 lembar rp2.500,- dan setelah dikemas dapat mencapai rp5 ribu. kemasan 10-12 lembar untuk konsumsi aquarium mini dapat digunakan untuk 1 bulan. 1 kg daun kering dapat berisi 50 lembar daun yang harganya dapat mencapai rp 1 jt (website kementerian pertanian). 
 
hs code untuk ekspor daun ketapang adalah 09021090 yang dimasukkan dalam katagori tea and coffea not roasted (https://www.indonesiatradedata.com/hs-code-09021090-export-data-indonesia). order minimum 5000 pack, bila dengan harga jual rp5000/pack isi 10-12 lembar daun akan mendapatkan cuan rp25 juta. 
 
bila dari 6000 pohon di wilayah terdampak tambang timah akan menghasilkan sampah 3 ton, anggap saja hanya 2500 lembar daun yang memenuhi persyaratan ekspor, maka akan dihasilkan 250 pack (isi 1 pack 10 lembar daun). dari prediksi ini maka mas lukman mencari bahan baku ekspor melalui pengepul sampah daun mungkin saja selain dari kawasan yang ditanam oleh pt timah tbk. dan disepanjang pesisir pantai pulau bangka, di duga juga berasal dari kota-kota kabupaten. 
 
mas lukman sudah mengekspor 20.000 pack ke jepang, artinya jumlah sampah daun 20.000rb x 10 lembar daun adalah 200.000 lembar daun. oleh karena itu prediksi jumlah pohon ketapang yang ada untuk menghasilkan 200.000 sampah daun adalah 200.000x(6000/2500) sekitar 480.000 pohon.
 
prediksi ini dapat salah karena secara normal pohon ketapang menggugurkan daunnya 2x dalam setahun, artinya dari 6000 pohon dapat menghasilkan 2x2500 sampah daun yaitu 5000 lembar daun/tahun. dengan demikian untuk 200.000 lembar daun diduga berasal dari 200.000/5000*6000=240.000 pohon. 
 
dilain sisi, menurut penulis bahan baku ekspor bisa saja berasal dari stok tahun sebelumnya sehingga, dugaan awalnya adalah sekitar 100rb-240rb pohon ketapang yang ada di seluruh babel. pertanyaan lebih lanjutnya, mudahkah melakukan eksportir.
 
walaupun notabene penulis pernah ikut pelatihan ekspor-impor dengan seorang pengusaha dari bandung di palembang, bahwa untuk bisa menjadi eksportir tidak harus mempunyai modal besar karena secara umum ekspor barang dibayar secara dp (down paymen; dibayar dimuka oleh importir).
 
dengan dp tersebut dapat digunakan untuk bea ganti beli sampah daun, preparasi pengeringan sederhana sebelum dikemas dan pesan kemasan dari jawa, tetap saja para pelaku ekonomi daun ketapang yang tertarik untuk mengekspor sampah daun ketapang mengalami kesulitan, bukan saja kesulitan dalam mendapatkan buyer, tetapi banyak faktor yang kompleks penyebabnya. 
 
perlu kerja sama dengan pemda/dinas dan stakeholder yang terkait untuk memberikan pelatihan, pendampingan bagi orang atau umkm sampai berhasil melakukan ekspor.
 
pengolahan sederhana lain yang dapat dibuat dari sampah daun adalah kompos dan biochar atau biosorben. produk biochar hanya membutuhkan alat pirolisa saja yang dalam pelaksanaannya menggunakan suhu 400-600oc. 
 
alat yang dibutuhkan mirip untuk pembuatan asap cair. produksi kompos berbasis daun ketapang belum ada di babel, usaha ini masih terbuka luas. bila sampah daun yang baik akan diekspor maka sisa sampah daun yang jelek dapat dijual menjadi kompos, minimal sampah daun ketapang tidak menambah beban sampah di tpa parit 6, pangkal pinang atau sampah kota. 
 
produk komersial dari daun lainnya adalah ekstrak tannin sebagai metabolit sekunder utama yang menjadi bioaktif dalam daun yang bermanfaat sebagai antimikroba, antioksidan, antidiabet dll. pengolahan ekstrak ini sangat sederhana karena umum dilakukan oleh mahasiswa dan dosen terutama di fakultas pertanian/teknologi pertanian, kehutanan, mipa (biologi), farmasi atau kedokteran. selain itu produk daun bisa dibuat menjadi teh herbal untuk suplemen manusia, kosmetik dsb.
 
produk dari pohon ketapang yang diabaikan dan secara umum warga babel belum mengetahuinya adalah biji ketapang. biji ini adalah biji alternatif pengganti biji almond (prunus dulcis) yang banyak digunakan dalam industri makanan indonesia. biji almond yang banyak beredar di indonesia terutama berasal dari usa, australia, china. 
 
harga jual online shopee sekitar 140-180rb/kg. bila dibanding dengan biji ketapang maka harga dunia (online, harga india, srilangka) sekitar 300-500rb/kg. biji ketapang di babel hanya terbuang sia-sia, informasi dari pengepul sampah daun ketapang di kelurahan tamansari, bahwa ada permintaan biji ketapang dari jawa yang nantinya juga di ekspor.
 
 karakteristik biji ketapang sangat keras dalam buah, sehingga membutuhkan peralatan dan pengalaman khusus untuk mendapatkan biji dalam kondisi utuh, tidak pecah. persoalannya harga beli yang murah dengan harga jual yang tinggi menyebabkan para pelaku tidak dapat mengumpulkan biji yang diminta.
 
masalah utama lainnya adalah pohon ketapang tidak dibudidaya sehingga prediksi panen juga sulit diduga. jumlah produksi biji/pohon ketapang/tahun menurut thomson dan evans (2006) adalah 5 kg/pohon/tahu. sehingga bila ada 6000 pohon akan menghasilkan 30.000kg. yang menarik adalah hasil penelitian di kalimantan timur menunjukkan dari 20 pohon ketapang (diameter 29cm) rata-rata akan menghasilkan buah 3562 maka 1 pohon dapat menghasilkan biji sejumlah 178 (dianggap hanya 150 yang biji baik). 
 
bila ada 6000 pohon maka akan menghasilkan biji sejumlah 6000 x 150= 900.000 biji. berat 1 kg buah ketapang terdiri dari 24-25 buah segar (thompson dkk., 2006) dan jumlah biji menurut marjenah dan putri (2017) antara 22 – 69/kg atau rata-rata 40 ± 11 biji/kg. dengan demikian dari 900.000 biji ketapang, beratnya sama dengan 900.000/40=22.500kg. 
 
laporan produksi biji ketapang dunia pada tahun 2004 saja telah mencapai 700.000 ton. harga biji ketapang (catappa nut bukan catappa seed) india sekitar us $ 18-30, harga jamaika sekitar rp. 264.000 untuk berat 2 oz (oz= ounce; 1 oz = 28,35g). 
 
harga ini tidak sampai 100g. bila harga minimal dijual pasar lokal 1 kg biji ketapang dianggap rata-rata rp. 150.000 (dianggap ½ harga ekspor) maka hasil yang didapat adalah 150rb x 22.500kg= rp3 m lebih (membutuhkan analisa ekonomi lebih dalam). disamping itu kandungan gizi biji ketapang kaya lemak, sebesar 50-60%, artinya dalam 1 kg biji ketapang dapat menghasilkan 500-600ml minyak. 
 
golongan minyak ketapang adalah minyak jenuh karena tinggi asam palmitat dan asam oleat. bila dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, maka sifat biji ketapang mirip dengan minyak kelapa sawit yang juga kaya asam palmitat dan oleat. berdasarkan prediksi ekonomi sederhana ini maka biji berpotensi sebagai bagian untuk mendukung ketahanan pangan di babel.
 
dengan kapasitas ketapang yang berpotensi ekonomi dan lingkungan apakah sudah memenuhi syarat dalam mengatasi masalah sosial di babel dalam konsep ekonomi hijau? memang sampai saat ini belum ada koordinasi antara pemerintah daerah/kota dengan stake holder, universitas, pelaku ekonomi daun ketapang, perusahaan swasta/bumn dan masyarakat umum untuk mengembangkan ketapang menjadi sumber ekonomi sehingga dapat mengatasi kesulitan pekerjaan di babel. 
 
bila ada produksi-produksi ekonomi berbasis pohon ketapang misalnya ekstraksi tannin, kompos daun, biochar/biosorben, pengolahan biji ketapang sebagai sumber pangan baru, teh herbal maka akan semakin banyak menyerap tenaga kerja, berarti ekonomi akan hidup. dengan demikian konsep ekonomi hijau akan terwujud dari pengembangan pohon ketapang yang solid, budidaya, konservasi, pengolahan dan pemasaran. **

Tag

Share

Koran Terkait

Kembali ke koran edisi Babel Pos 15 Juli 2025

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan