Kurban dan Korban Politik
Ahmadi Sopyan-screnshot-
Oleh: AHMADI SOFYAN
Penulis Buku / Pemerhati Sosial Budaya
HARI ini Idul Adha 1446 H, selamat bagi yang ber-kurban, baik sapi, kambing atau pun perasaan karena sering diberi janji-janji palsu, apalagi menjelang Pilkada ulang 2025 ini.
----------
IDUL ADHA atau Hari Raya Kurban adalah moment dimana kita belaja tentang perjuangan, pengorbanan, keikhlasan, yang bersumber dari keyakinan. Dari perayaan Idul Adha ini kita umat Muslim setiap tahun diberi kesempatan mulia untuk memaknai akan indahnya pengorbanan dan keikhlasan sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Idul Adha 14469 H/2025 M lebih bermakna karena bertepatan dengan awal bulan Juni dengan peringatan Hari Lahir Pancasila dan keduanya hanya berjarak beberapa hari saja. Kedunya dapat kita maknai sebagai 2 moment yang sama-sama mengingatkan pada perjuangan, pengorbanan dan keikhlasan yang bermuara pada keyakinan (ideologi) dan kecintaan.
Ber-Kurban bukan sekedar membeli, menyembelih dan membagikan daging Sapi dan Kambing, tapi harus disadari bahwa semua harus dengan keyakinan bukan sekedar karena ada keinginan atau pencitraan. Maklumlah, riak-riak politik yang tak berkesudahan, di negeri ini membuat kita semakin muak. Baliho dan spanduk pencitraan semakin memuakkan. Tapi, disini pula akan banyak perjuangan, pengorbanan, yang tentunya kita harapkan bersumber dari keyakinan akan Indonesia lebih baik, kecintaan pada NKRI dan tetap dalam menjaga kedamaian, persatuan dan kesatuan.
Politik PHP
SEBETULNYA politik, menurut Aristotelees, merupakan medan mulia untuk mencapai kesejahteraan bersama. Politik bisa membuat masyarakat menikmati kebahagiaan yang dicita-citakan. Sebagai Kurban di hari raya Idul Adha, di dalam politik tersimpan keikhlasan luar biasa. Para pejuang politik tak pernah meminta pamrih atas kinerjanya. Tak butuh pujian dan tepuk tangan menggema, tak butuh dianggap hebat dan wah, sebagaimana kita ber-Kurban di hari raya Idul Adha.
Sayangnya, konsep mulia dari politik sudah kian memudar akibat ambisi yang berlebihan dan kepentingan yang sudah keluar dari cita-cita mulia. Korupsi, berkelahi, saling fitnah, saling caci maki, saling menghujat, saling memanfaatkan aparat hukum, saling menjatuhkan, saling mengumpan, saling memancing, saling menebar janji-janji, saling sikut dan saling sikat, saling gosok, gasak dan gesek adalah fenomena berpolitik yang kita saksikan hari ini, terutama di media sosial dan televisi. Tentunya ini jauh dari kata mendidik bagi generasi muda bangsa Indonesia.
Dari semua fenomena politik tersebut, yang menjadi korban terbesar adalah rakyat Indonesia. Kita rakyat Indonesia sebetulnya sudah terbiasa dengan tebaran janji-janji para kandidat. Hampir semua orang yang mencalonkan diri menjadi pemimpin, pernah memberi janji pada pemilih. Baik dari calon Kades hingga calon Presiden. Mereka berani berjanji sekaligus memiliki keberanian untuk mengingkarinya. Persis seperti yang pernah diungkapkan oleh Shakespaere: Dia menulis ungkapan berani, bicara dengan kata-kata berani, berusmpah dengan sumpah berani dan melanggarnya dengan berani .
Pertanyaannya adalah: Mengapa politisi mudah mengumbar janji dan mengapa rakyat masih suka diberi janji dan diingkari? jawabannya hanya karena untuk menarik simpati. Bahkan seringkali janji-janji tersebut tidak masuk akal dan bukan pada wewenangnya dalam meralisasikan kala nanti dirinya terpilih. Ini umumnya adalah politisi yang tidak paham tentang hak dan wewenang antara Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Nah, dalam politik, baik yang berjanji maupun yang menerima janji, adanya baiknya kita sepakati bawah Tak perlu percaya kepada janji-janji. Dunia ini sudah tumpek blek dengan janji-janji, bukan hanya oleh poitisi. Dunia ini juga berisi beragam janji, dari janji kesejahteraan, kekayaan, keselamatan abadi, kepastian hukum, keadilan, jaminan masa depan yang lebih baik, cinta dan kasih sayang, pernikahan, dan seabrek janji-janji lainnya. Yang berjanji jika ia punya hati pastinya malu sendiri dan yang terlalu percaya pada janji pastinya akan mudah frustasi dan mengeluarkan caci maki