Bahasa Gaul: Kesalahan dalam Berbahasa Indonesia?
Salsabila Zahra--
Kesalahan penggunaan idiom atau frasa juga kerap kali ditemukan di kehidupan sehari – hari. Sebagai contoh, orang – orang lebih sering menggunakan “menaruh telur dalam keranjang” daripada “menaruh semua telur dalam satu keranjang”. Kesalahan semacam ini, bisa saja menimbulkan ke ambiguan sebuah kalimat dan membuat pendengar atau lawan bicara tidak memahami kalimat yang di ucapkan oleh penutur.
Kesalahan dalam berbahasa yang terakhir dan yang paling umum ditemukan adalah penggunaan ejaan yang salah. Sebagai contoh, kata “dutabesar” seharusnya “duta besar”. Selain itu kata “asia tenggara” seharusnya “Asia Tenggara”. Untuk menghindari kesalahan tersebut, penting bagi pengguna bahasa memahami penggunaan ejaan yang benar.
Selain kesalahan berbahasa, muncul juga bahasa gaul. Perlu diketahui bahwa bahasa gaul adalah bagian budaya yang popular dan sifatnya terus berkembang. Bahasa gaul sering digunakan oleh kalangan muda sebagai bentuk identitas diri yang berbeda.
Contoh penggunaan bahasa gaul yang dapat kita temukan berada di daerah Jakarta Selatan. Sebagai contoh, kata TBL atau Takut Banget Loh, jamber yang berarti jam berapa, peres yang berarti memuji secara berlebihan, dan masih banyak lagi penggunaan bahasa gaul yang terkadang tidak di mengerti oleh kalangan orang tua.
Pandangan Strukturasi Anthony Giddens
Masalah kesalahan berbahasa ini berhubungan erat dengan teori strukturasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens. Teori Strukturasi adalah teori yang memadukan agen dan struktur.
Hubungan antara agen dan struktur tersebut berupa relasi dualitas yang kedua unsurnya saling menunjang. Giddens menyatakan bahwa tindakan individu sebagai agen tidak hanya di pengaruhi oleh struktur sosial tetapi individu tersebut juga ikut serta dalam membentuk sebuah struktur sosial.
Giddens juga menekankan bahwa individu memiliki kemampuan dalam mengubah struktur sosial. Dalam hal kesalahan berbahasa, individu bisa membawa, belajar dan juga beradaptasi dengan perubahan bahasa atau dapat dikatakan adaptif dengan perubahan bahasa di sekitarnya.
Selain membuat dan membentuk struktur, individu sebagai agen juga dapat memperbaiki kesalahan berbahasa dengan memahami peraturan bahasa yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia atau individu bisa saja membuat bahasa gaul atau bahasa baru dengan bantuan masyarakat sekitar.
BACA JUGA:Menunggu Konsistensi Kebijakan Pendidikan Inklusi
Menurut Giddens, bahasa gaul dipandang sebagai tindakan individu yang terbentuk oleh struktur sosial yang ada. Dapat kita lihat bahwa bahasa gaul merupakan hasil gabungan antara stuktur sosial yang ada dan juga individu sebagai agen yang aktif dalam membentuk struktur sosial yang baru.
Teori Giddens juga memberikan gambaran bahwa bahasa gaul secara aktif ikut serta dalam membentuk struktur sosial yang memungkinkan bahasa gaul tersebut ada dan terus berkembang. Giddens melihat tiga besar struktur, yaitu signifikasi, dominasi, dan legitimasi. Berdasarkan pembagian tersebut, maka penggunaan bahasa gaul merupakan praktik sosial pada gugus struktur signifikasi.
Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kesalahan berbahasa bisa saja di minimalisir dengan terus melestarikan bahasa Indonesia. Serta penggunaan bahasa gaul yang hanya di peruntukan untuk kegiatan informal atau kepada teman sebaya saja.(**)