Cerpen Rusmin Sopian: Bukan Perempuan Biasa

ilustrasi literasi--

CAHAYA matahari mulai menyapa bumi yang masih dilanda kegelapan. Suara azan subuh dari corong pengeras suara masjid merelegiuskan alam semesta. 

Orang-orang bergegas menuju ke masjid untuk bersujud kepada sang maha pencipta, memohon ampunan.

Usai menunaikan salat subuh, Fatimah bersiap menuju pantai. Sinar keemasan dari cahaya pagi matahari menjadi daya tarik Fatimah untuk segera mendatangi pantai yang dibaluri pasir yang bersih dan mengkilap. 

Sementara sarapan pagi untuk anak semata wayangnya sudah siap rapi di atas meja. Selembar uang kertas lima ribuan diselipkan di tas anaknya.

Sudah tiga bulan, semenjak ditinggalkan sang suami, Fatimah bekerja sebagai penjual ikan keliling. Ikan-ikan segar itu didapatnya dari para nelayan yang baru tiba di pantai saat cahaya matahari di ufuk timur mulai menerangi semesta raya. 

Pekerjaan ini dilakukannya biar asap dapurnya tetap mengepul. Dengan kaki beralaskan sandal jepit, kaki jenjang Fatimah dengan pasti melangkah menuju Pantai yang sudah ramai dengan kedatangan para nelayan yang pulang dari melaut. Menaklukkan samudera..

BACA JUGA:CERPEN RUSMIN SOPIAN : Lelaki yang Kembali Meniduri Ranjang Pengantinnya

Aroma dingin pagi yang menghantam tulang belulang tubuh cantiknya tak dihiraukannya sama sekali. Kecantikan yang menggurat di wajah Fatimah membuat para nelayan kadang kala tak mengambil sepeser pun uang dari Fatimah. 

Kekaguman para nelayan pada pesona yang dimiliki fatimah membuat para nelayan kerap kali enggan menerima uang pembelian ikan dari Fatimah. Rasa tak enak kerap kali terselip di nurani Fatimah terhadap perlakuan para nelayan kepadanya.

"Sudah bawa saja ikannya," demikian kira-kira jawaban dari para nelayan saat Fatimah menyodorkan untuk kepada para nelayan.

Fatimah hanya menelan ludah. Suaranya tersekat di kerongkongannya.

Berita suami Fatimah yang meninggalkan perempuan yang dulu dikenal sebagai kembang Kampung , membuat suasana udara pantai yang tenang dengan hembusan angin dari laut yang sepoi berisik dengan cerita para nelayan tentang kebodohan suami Fatimah yang pergi meninggalkan perempuan itu.

BACA JUGA:Cerpen Hayatun Nissyah: Terjebak Hujan

"Aneh sekali kawan kita itu. Istri cantik malah ditinggal," ujar seorang nelayan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan