Makna Lebaran dalam Perspektif Sosiologis

--
Oleh Diki Kusniawan, S.Sos.
Guru MA Al-Hidayah Toboali
Di seluruh penjuru dunia, umat muslim biasanya dalam menyambut hari raya Idulfitri selalu mempunyai tradisi tersendiri dalam merayakannya, salah satunya yang ada di negara kita Indonesia, Idulfitri biasanya sering disebut atau identik dengan sebutan Lebaran, lebaran adalah perayaan bagi umat muslim di dunia setelah berpuasa selama satu bulan penuh di bulan suci Ramadhan.
Sebagian besar masyarakat Indonesia dalam merayakan lebaran identik dengan tradisi mudik. Mudik merupakan berarti kegiatan pulang kampung yang dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan untuk berkumpul dengan keluarga besar dikampung halaman tempat mereka berasal dengan bermaksud melakukan silaturahmi dan bermaaf-maafan setelah sekian lama tidak berjumpa.
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), lebaran berarti hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah menjalankan ibadah puasa penuh selama 1 bulan di bulan suci Ramadhan. Namun lebaran memiliki makna atau artian tersendiri di setiap daerah seperti di Jawa, Betawi, Sunda, dan Madura.
Dalam bahasa Jawa, kata lebaran berasal dari kata “wisbar” yang artinya sudah selesai dalam hal ini sudah selesai melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Sedangkan di Betawi kata lebaran bermakna berbeda dengan daerah jawa.
Sementara dalam bahasa betawi kata lebaran berasal dari kata “lebar” yang bermakna luas atau merupakan gambaran keleluasaan hati setelah melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan dan kegembiraan saat hari kemenangan tiba.
Kemudian dalam bahasa sunda makna lebaran berasal dari kata “lebar” yang bermakna melimpah. Sedangkan yang terakhir dalam bahasa Madura, kata lebaran adalah berasal dari kata “lober” yang berarti tuntas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa lebaran merupakan perayaan hari kemenangan bagi umat muslim di seluruh dunia khususnya yang ada di Indonesia setelah tuntas atau selesai menunaikan ibadah puasa secara penuh selama satu bulan di Ramadan.
Jika dikaitkan dengan dengan perspektif sosiologis bahwasanya makna Idulfitri atau lebaran adalah adanya hubungan sosial. Hubungan sosial yang berarti yakni adanya hubungan timbal balik antara individu satu dengan individu lainnya.
Hubungan sosial dalam sosiologis biasanya disebut dengan interaksi sosial. Interaksi sosial itu sendiri bisa terjadi di mana saja dan kapan pun termasuk di lingkungan sekitar manusia dalam kehidupan sehari hari.
Interaksi sosial merupakan adanya hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Hubungan yang terjalin dapat berupa kekeluargaan, pertemanan, diskusi, atau kerja sama. Ada beberapa tokoh sosiologi yang berpendapat mengenai pengertian dari interaksi sosial :
Pertama, menurut Gillin bahwa interaksi sosial adalah adanya hubungan yang dinamis dalam hal ini menyangkut tentang hubungan antara perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia.
Kedua, menurut Soerjono Soekanto, interaksi social adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa adanya interaksi sosial, tak akan mungkin adanya kehidupan bersama.
Ketiga, menurut H. Bonner bahwasanya interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang dimana perilaku individu satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu lain atau sebaliknya.
Namun dalam interaksi sosial tentunya memiliki syarat yakni harus adanya kontak sosial. kontak sosial merupakan salah satu unsur penting dalam proses interaksi sosial.
Secara umum , kontak sosial adalah suatu upaya hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dalam kontak sosial bukan hanya sebatas kontak fisik saja, namun mencakup komunikasi nonverbal seperti kontak mata dan gestur tubuh.
Seperti kontak sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam proses interaksi sosial karna komunikasi merupakan jembatan yang menghubungkan perasaan, pikiran, dan ide antar individu.
Dengan komunikasi inilah manusia dapat berbagi informasi, membangun kerjasama, meningkatkan solidaritas serta memperkuat hubungan sosial individu dengan individu serta individu dengan kelompok.
Jadi dapat dikaitkan bahwa momentum lebaran yang biasanya menjadi tradisi di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri seperti banyak masyarakat hendak menyambut lebaran dengan melakukan tradisi tahunan seperti mudik lebaran.
Mudik merupakan tradisi pulang kampung yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, terutama menjelang hari raya keagamaan seperti hari raya Idulfitri yang tujuannya untuk berkumpul dan menjalin silaturahmi dengan keluarga, kerabat/saudara, dan tetangga lingkungan sekitar.
Momen inilah yang biasanya ditunggu tunggu oleh masyarakat karna tidak setiap waktu bisa kumpul dengan keluarga maupun sanak saudara.
Dalam hal ini tradisi lebaran sangat erat kaitannya dengan perspektif sosiologis:
Pertama, lebaran identik dengan adanya kegiatan silaturahmi, silaturahmi biasanya dilakukan oleh keluarga besar, sanak saudara, serta tetangga lingkungan sekitar. Dalam hal ini tentunya adanya hubungan sosial yang terikat antara individu dengan individu ataupun individu dengan kelompok dalam silaturahmi.
Contohnya berkumpul serta bercengkerama dengan dengan keluarga besar, saudara, maupun tetangga. Dalam hal ini banyak poin penting yang diambil dari Makna silaturahmi, seperti dalam Islam yakni menjaga hubungan kasih sayang dan persaudaraan, mempererat persaudaraan dan meningkatkan kerukunan dan keharmonisan, menjaga toleransi antar agama, menyambung tali silaturahmi, menjalin komunikasi, menegakkan agama, menolak terjadinya kemudaratan.
Kedua, silaturahmi yang dilakukan oleh masyarakat seperti di dalam keluarga, sanak saudara, maupun tetangga sekitar tentunya adanya interaksi sosial di dalamnya yakni adanya kontak sosial seperti hubungan timbal balik antara individu dengan individu, dan individu dengan kelompok.
Contohnya seperti saling bermaaf-maafan satu sama lain atau sekadar menanyakan kabar setelah sekian lama tidak berkumpul. Di dalam hadis sendiri Silaturahmi merupakan praktik utama karena dapat membantu menghubungkan berbagai hal yang telah putus.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam salah satu hadis yang berbunyi: ”bukanlah silaturahmi orang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang bersilaturahmi adalah menyambung apa yang putus” (HR Bukhari).
Dalam silaturahmi tentunya Hubungan-hubungan sosial semacam inilah yang perlu kita jaga dan kita jalin untuk ke depannya agar bisa memperkuat keharmonisan dan kebersamaan antara sesama manusia serta meminimalkan terjadi hal-hal yang berpotensi terjadinya konflik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok. Dengan silaturahmi tentunya bisa mencairkan suasana yang ada di dalamnya.
Kesimpulan yang dapat kita ambil bahwasanya dalam perayaan Idulfitri atau identik kita sebut dengan lebaran yang dilakukan oleh masyarakat tentunya memiliki hal hal yang dapat kita pelajari, seperti kegiatan silaturahmi.
Silaturrahmi yang dimaksud, baik yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya serta khususnya pada keluarga besar, sanak saudara, maupun tetangga sekitar dalam perspektif sosiologis maupun keutamaan yang ada di dalamnya menurut Islam memiliki manfaat bagi kita semua.
Harapannya lebaran yang kita jalani saat ini bisa mempererat tali silaturahmi antar sesama, memperkuat kerukunan serta keharmonisan masyarakat, membangun sikap toleransi antar agama, membangun rasa empati antar sesama manusia. Serta membangun hubungan sosial yang baik didalamnya antara masyarakat dengan masyarakat lainnya tanpa melihat status sosial apa pun.(**)