INDONESIA PERLU REFORMASI PERBANKAN

Safari Ans-screnshot-
Belum lagi rekening-rekening di BI banyak yang menguap tanpa sebab yang jelas. Kalau di negara maju, uang yang tidak bertuan akan menjadi milik negara. Misalnya pemilik rekening meninggal, sedangkan sanak saudara tidak ada. Kalau bank yang benar seperti UBS Swiss, kondisi seperti ini mengharuskan bank membuat pengumuman di koran di negara nasabah. Pengumuman itu mencari nama seseorang yang berhubungan dengan nasabah. Jika sudah diumumkan di koran, tidak juga ada kabar, barulah uang tersebut masuk ke semacam baitul mal yang dikelola oleh negara. Di Indonesia, uang semacam itu jadi rebutan para bankir. Sehingga moral para bankir di Indonesia perlu dibenahi, karena bank bermodalkan kepercayaan (trust). Jika bank sudah tidak bisa dipercaya, maka hanya nunggu kebangkerutan saja.
Dengan demikian, sebelum Indonesia melakukan kampanye investasi besar-besaran, maka Indonesia perlu melakukan reformasi sistem perbankan. Karena bank merupakan urat nadi investasi di Indonesia. Jika sistemnya buruk ditambah banyaknya bankir nakal di tanah air membuat citra perbankan amat menyedihkan. Sehingga banyak konsultan keuangan dunia menyarankan kepada kliennya untuk tidak mengirimkan uangnya ke Indonesia, karena akan hilang dalam sistem.
Oleh karena itu, agar uang besar bisa masuk ke Indonesia, sebaiknya Indonesia mengadopsi QFS, agar perbankan kita dapat menerima dan selaras dengan sistem yang sudah berkembang secara modern saat ini di Eropa dan AS. Sehingga pengiriman uang tidak hilang dalam sistem. Akhir tahun 2024 lalu, ada tiga kali pengiriman melalui MT103 ke BNI. Pengirimnya Deutsche Bank. Ketiga swifi wire bernilai €47 triliun (empat puluh tujuh triliun Euro). Pengiriman itu akan bernasib sama, hilang dalam sistem. Karena mereka hanya tau bahwa satu-satu pengiriman uang ke Indonesia hanya lewat swift wire MT103. Sedangkan perbankan Eropa telah berkembang jauh. Mereka memiliki beragam untuk mengirimkan uang nasabahnya. Misalnya, UBS telah menggunakan sistem EBICS (Electronic Base Internet Communication Standard) antar sesama cabang mereka di seluruh dunia. Sehingga ratusan miliar dollar bisa dikirim dalam hitungan menit.
Saran penulis, jika ingin memasukkan uang-uang besar (tidak ada kolateral) dalam sistem, sebaiknya pihak Indonesia melakukan lobi dengan Anak Dewa. Karena Anak Dewa (orang Indonesia) memiliki cadangan emas yang sangat banyak. Masak AS sendiri bisa dipinjami emas oleh Anak Dewa 140 juta kilogram, negara sendiri kok tidak dibantu. Dan jangan paksakan memasukan uang tanpa kolateral, karena akan menghancurkan perbankan dan ekonomi kita dalam jangka panjang. Resikonya terlalu besar dibandingkan manfaatnya. (*)