GEDUNG NASIONAL TOBOALI (Bagian Satu)

Akhmad Elvian-dok-

Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai dengan 17 Agustus 1950, pada wilayah-wilayah administratif pemerintahan, termasuk di Pangkalpinang dan di wilayah lain pulau Bangka dan Pulau Belitung, masih banyak menggunakan istilah dan simbol-simbol yang berbau Kolonial Belanda. Pemerintah Republik yang baru terbentuk belum memiliki bangunan-bangunan yang merupakan buatan hasil jerih payah kemerdekaan Republik Indonesia. Gedung-gedung pemerintahan dan fasilitas kemasyarakatan yang ada adalah gedung yang dibangun dan bekas milik Pemerintah Hindia Belanda, kemudian terdapat juga bangunan-bangunan milik vremde osterlingen atau milik orang Timur Asing. Dalam semangat kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia Tanggal 17 Agustus 1950, di beberapa daerah didirikanlah secara bergotong royong oleh masyarakat dengan dana swadaya gedung-gedung nasional murni milik masyarakat yang merdeka dan berdaulat. Ada 3 jenis pembangunan monumental waktu itu yakni Tugu Kemerdekaan, Masjid dan Gedung Nasional. Tugu kemerdekaan berada di Mentok, Pangkalpinang dan Sungailiat. Pembangunan masjid hanya ada di Pangkalpinang, yakni Masjid Jamik. Dalam proses pembangunan masjid, bahkan Wakil Presiden Mohammad Hatta turut menyumbang dana pembangunan. Sementara pembangunan Gedung Nasional dilaksanakan di Kota Toboali pada Tahun 1951, Kota Pangkalpinang pada Tahun 1953 dan Kota Tanjungpandan dimulai pada Tahun 1953 dan diresmikan pada pada tanggal 9 Agustus 1958. Pembangunan Gedung Nasional di Pangkalpinang baru terselesaikan Tahun 1953 dikarenakan pada saat yang bersamaan masyarakat Pangkalpinang juga sedang melaksanakan renovasi tahap pertama pembangunan Masjid Jamik. Nilai terpenting dari pembangunan 3 bangunan monumental di atas adalah semangat kecintaan pada Republik Indonesia, cinta kemerdekaan yang diwujudkan dalam kebebasan berekspresi, kebersamaan membangun negeri dan menjunjung tinggi harkat martabat sebagai bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat atas negerinya. Fasad dan arsitektur Gedung Nasional yang dibangun umumnya hampir memiliki kesamaan satu dengan lainnya. Pada gedung-gedung Nasional inilah kemudian acara pemerintahan, acara kemasyarakatan di wilayah-wilayah kewedanaan dilangsungkan. 

 

Berdasarkan Kajian Sejarah Objek Diduga Cagar Budaya Gedung Nasional Toboali di Kota Toboali Kabupaten Bangka Selatan oleh Akhmad Elvian dan Ali Usman Tahun 2023 sangat jelas, bahwa rakyat Toboali sungguh nyata bersemangat republiken dan Kota Toboali merupakan kota terakhir di Pulau Bangka yang dikuasai kembali oleh militer Belanda pada tanggal 19 Februari 1946. Berita kemenangan Pasukan Sekutu yang di dalamnya membonceng pasukan NICA Belanda  dipublikasikan oleh beberapa media seperti Nieuwe courant (25 Februari 1946), Helmondsche courant (13 April 1946), Nieuwsblad van het Zuiden : dagblad met ochtend- en avond-editie (23 Maret 1946) dan Strijdend Nederland (27 Juli 1946). Harian Helmondsche Courant menguraikan proses kedatangan militer Belanda di Mentok  sampai berhasil menduduki   Kota Toboali dengan judul Banka’s Bezetting Door de Stoottroepen. Pada tanggal 15 Februari 1949, pukul 2.30 pagi, Dua kompi militer Belanda berhasil memasuki dan menguasai Kota Pangkalpinang. Tanggal 18 Februari 1946, militer Belanda melanjutkan perjalanan menuju Kota Koba dan berhasil dikuasai tanpa perlawanan yang berarti. Mereka berhasil memasuki dan menguasai Kota Toboali pada tanggal 19 Februari 1946 jam 3.30 pagi. Dalam harian Nieuwsblad van het Zuiden: dagblad met ochtend- en avond-editie, dijelaskan lebih dramatis lagi tentang kedatangan tentara sekutu dan NICA ke Toboali: Tanggal 18 Februari 1946 berangkat menuju Toboali melalui Koba. Mereka menghadapi kendala yang cukup merepotkan yakni pohon berdiameter 2 meter melintang di jalan dan butuh 2 jam untuk membersihkannya. Saat memasuki Kota Toboali, militer Belanda disambut orang China; orang-orang berlarian di jalan-jalan sambil membawa tombak, pisau, pentungan dan beberapa karabin berkarat dengan bendera Cina. Mereka berhasil menduduki pelabuhan, menahan beberapa orang dan membebaskan banyak tahanan yang dipenjara sebelumnya oleh TRI. Harian Strijdend Nederland menulis dengan judul “Wij namen Toboali” (artinya Kami Merebut Toboali) untuk menggambarkan keberhasilan memasuki kota Toboali dan disambut  oleh orang-orang China dengan antusias dan bersahabat (Bersambung). 

Tag
Share