Prabowo Setelah 100 Hari Memimpin Negeri, Makin Berjarak dengan Jokowi?

Jokowi dan Prabowo-screnshot-
Jarak ini bisa dilihat dari program prioritas pemerintahan Prabowo 2025 dengan anggaran sebesar Rp121 triliun yang disetujui DPR pada September 2024 .
Di sana, tidak ada satu pun program yang mencerminkan lanjutan dari apa yang telah dilakukan oleh Jokowi, seperti pembangunan-pembangunan infrastruktur, apalagi Ibu Kota Nusantara.
"Justru kalau kita lihat progrm quick win itu, Prabowo [seolah] mengatakan bahwa selama sepuluh tahun itu pemerintah enggak ngapa-ngapain dan telah gagal," kata akademisi dan peneliti dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Dr Sulfikar Amir.
"Sehingga kita harus mulai dari basic, memperbaiki sekolah, kesehatan, TBC, kasih makan anak, itu kan hal yang fundamental semua yang sudah dilakukan negara lain puluhan tahun yang lalu," tambahnya.
''Prabowo memang mau mendekat ke Mega, [dan] Mega mensyaratkan Prabowo lepas dari Jokowi," katanya.
"Bagi Prabowo, lebih penting Mega daripada Jokowi," tambahnya.
Ia juga membenarkan langkah ini merupakan indikasi Prabowo membuat jarak dengan Jokowi, setelah Jokowi pecah kongsi dengan PDI-P yang dipimpin Megawati.Tiga hal ini hanya sebagian dari jarak-jarak lain yang diambil Prabowo untuk setidaknya "menjauh" dari Jokowi.
"Menurut saya Prabowo mencoba menjauh, kemudian mencari cara yang seemingly rational untuk memotong legacy Jokowi," ujar Dr Sulfikar Amir.
Berjarak, tapi tak selalu berarti lebih baik
Meskipun Presiden Prabowo Subianto telah mengambil langkah dan keputusan yang bisa dibaca sebagai upayanya berjarak dari Jokowi, bukan berarti keputusannya itu juga lebih baik.
Soal anggaran untuk IKN versus makan bergizi gratis (MBG), misalnya.
Walau sejumlah pengamat memahami keputusan Prabowo tidak memprioritaskan IKN dan tidak mengalokasikan anggaran yang signifikan dari APBN, tapi keputusan Prabowo bersikukuh pada program MBG sebagai prioritas juga tak lepas dari kritik.
Dr Sulfikar menilai anggaran sebesar Rp71 triliun untuk MBG hingga bulan Juni, terlalu besar jika dibandingkan dengan anggaran program serupa di negara lain.
"Program Midday Meal Scheme di India budgetnya hanya 20 triliun per tahun atau 0,26 persen dari APBN-nya, di Amerika juga begitu, kira-kira hanya 0,26 persen dari APBN ... di Indonesia, anggarannya mencapai hampir 3 persen dari APBN kita."
"Itu terjadi karena Prabowo punya ambisi menjadikan MBG ini program universal, semua anak dikasih makan padahal belum tentu semuanya butuh karena dari keluarga mampu."