SUNGAISELAN
Akhmad Elvian-dok-
OLEH: Dato’Akhmad Elvian, DPMP, CECH
Sejarawan dan Budayawan
Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia
PADA Pada Tahun 1803 Masehi masa akhir kekuasaan sultan Muhammad Bahauddin (masa pemerintahan 1776-1803 Masehi), di wilayah distrik Sungaiselan yang berpusat di Bangkakota ditugaskan Kemas Tumenggung Astra Dikara sebagai seorang Tiko atau Teko, yang bertugas sebagai wakil sultan untuk mendirikan parit-parit penambangan Timah.
----------------------
PADA masa sultan berikutnya Mahmud Badaruddin II (masa pemerintahan 1803-1821 Masehi, pulau Bangka berada di bawah kekuasaan Inggris (Tahun 1812-1816 Masehi) dan Pulau Bangka dijadikan bagian dari EIC (East India Company) dalam wilayah south east division (divisi Tenggara) yang terdiri atas Sungaiselan (Godong Selan), Bangkakota (Old Settlement of Banko Kotlo), Paku (Pakoo), Permis (Permissang). Wilayah Penambangan Timah masa Inggris di Sungaiselan meliputi Banko-kutto, Balar, Kabal, Permissang dan Soongy Salan (Horsfield, 1848:797).
Bangkakota sebagai pusat awal distrik Sungaiselan memiliki jumlah penduduk sebesar 170 orang, tampaknya telah jauh lebih banyak dari sebelumnya ketika bajak laut merampok penduduk, dan mereka juga dibawa oleh orang Palembang, dengan dalih untuk membayar utang jasa. Kampung di sekitar Banca Cotta tidak memberikan banyak harapan dalam menghasilkan Timah. Komoditas seperti tikar, madu, dan lilin adalah barang-barang dagangan orang-orang Bangkakota. Seorang demang mengontrol wilayah ini dan kewenangannya meliputi Lima Campoongs (Court, 1821:211,212).
Dalam penjelasannya tentang Sungaiselan, Residen Inggris untuk Palembang dan Bangka, M.H. Court mengatakan:”The mouth of the river Salan, which is near the Nanca Islands, is very shoal. It is a large river, running up to Jerak, as before-mentioned. Two small rivers, Samboolan and Pena goong, intervene between the Salan and. the Mindo rivers. The latter is a large river, broad at the entrance, but intricate of access, owing to the shoals which run off from it. The Orang Goonoongs, who are numerous in this part of the country, are principally employed in the cultivation of rice, and assisting in the mines of Pankal Pinang. I have already given some deseription of this river in the account of that district (Court, 1821:212). Terjemahan bebasnya kira-kira: “Muara sungai Salan (sungai Selan), yang terletak di dekat Kepulauan Nanca (pulau Nangka dan beberapa pulau lainnya disebutkan pulau Nanca middle dan pulau Nanca West), sangat dangkal. Ini adalah sebuah sungai besar, mengalir ke Jerak (maksudnya sungai Jeruk), seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dua sungai kecil, Samboolan (sungai Sembulan) dan Penagoong (sungai Penagan), bertemu di antara Salan (sungai Selan) dan sungai Mindo (sungai Menduk). Yang terakhir, muara dari sungai Salan adalah sebuah sungai besar, luas di pintu masuk, tetapi rumit pada alirannya, karena dangkal yang mengalir dari sungai itu. Orang Goonoongs (maksudnya orang Darat pribumi Bangka), yang banyak tinggal di bagian kampung ini pada prinsipnya bekerja di budidaya padi (berladang atau berume), dan membantu di tambang-tambang (atau parit penambangan Timah) di Pangkal Pinang. Saya telah memberikan beberapa penjelasan sungai ini (Sungai Salan) di catatan distrik itu” (Court, 1821:212).
Sungaiselan pada Tahun 1837 Masehi, masa Hindia Belanda baru dijadikan ibukota distrik, menggantikan Bangkakota. Pemindahan ibukota dilakukan mengingat letak Sungaiselan yang lebih strategis berada di tengah wilayah-wilayah underdistriknya. Dalam catatan Franz Epp, pada bukunya, Schilderungen aus Hollandisch-Ostinden, Heidelberg, J.C.B. Mohr, 1852 halaman 209 dan 212, bahwa pada distrik Sungaiselan terdiri atas daerah Sungaiselan, Ayerangat (atau Puput), Permisang, Pinyampar (Penyampar), Balar, Pring (Payung), dan Malik (atau Simpang Koba). Daerah atau wilayah Sungaiselan sendiri hanya terdiri atas Dua kampung. Di ibukota Sungaiselan ditempatkan Satu orang administratur Eropa, dengan penduduk distrik Sungaiselan berjumlah 4225 orang, terdiri 3289 orang Bangka (Bankanese), 99 orang Melayu (Melajen) dan 837 orang Cina (Chinesen) yang tinggal di 51 Kampung (di Sungaiselan 2 kampung, di Ayerangat 16 kampung, di Permisang 5 kampung, di Pinyampar 3 kampung, di Balar 9 kampung, di Pring 7 kampung dan di Malik 9 kampung). Jumlah penduduk pada 7 wilayah distrik Sungaiselan dengan rincian yaitu di Sungaiselan 1581 orang, di Ayeranget 771 orang, di Permisang 450 orang, di Penyampar 253 orang, di Balar 501 orang, di Pering 317 orang, dan di Malik dan lainnya 352 orang. Rata-rata hasil tahunan tambang dari distrik ini diperkirakan sebanyak 80 pikul Timah. Di lereng gunung Permisang, yang terbentang di sepanjang bagian Utara sungai Bangka Kota sampai Selat Bangka, ditemukan sumber air hangat (aik anget) yang sifat-sifatnya belum diketahui, karena belum dilakukan penelitian. Berdasarkan catatan P. Bleeker sebagaimana dikutip Marihandono, dkk (2019:247) dalam “Bijdragen tot de kennis van de statistiek der Bevolking van de eilanden Banka en Biliton” dalam Indisch Archief Tijdschrift, No. III, Tahun 1850, hlm. 411 penduduk di distrik Sungaiselan dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 2.517 orang Laki-laki dan 1.708 orang Perempuan atau dengan perbandingan sebesar 1:0,67.
Setelah berakhirnya perlawanan rakyat Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir (Tahun 1851), pemerintah Hindia Belanda membangun ruas jalan baru dari distrik Pangkalpinang melalui bagian tengah pulau Bangka ke distrik Sungaiselan dalam jarak 26 paal dan kemudian dilanjutkan pembangunan jalan dari distrik Sungaiselan menuju ke kampung Kurau dalam jarak 24 paal. Dari jalan raya Pangkalpinang ke distrik Sungaiselan terdapat 7 kampung termasuk 6 kampung baru diantaranya Betoer, Trak/Klasah, Dinding Papan, Troe/Masoena, Broeas/Nihin of Batjang, Treblan, Seraij, Kreta/Parit-Trentang, Namang, Melaboen dan Soengi Slan. Dari jalan raya Sungaiselan ke kampung Kurau terdapat 7 kampung baru dan 3 kampung lama (diantaranya Soengi Slan, Melaboen, Kreta/Parit-Trentang, Kates, Poepoet, Ciloeak, Soengkap, Namang, Balielik/Moenjang, dan Koeraoe. Berdasarkan Kaart van het Eiland Banka (cartographic material) volgens de topographische opneming in de jaaren 1852 tot 1855, Atlas van Nederlandsch karya L. Ullman dan diterbitkan di Batavia pada Tahun 1856 Masehi telah terbentuk beberapa kampung di distrik Soengi Slan yaitu: Soengi Slan, Melaboen, Kreta, Broeas, Poepoet, Kranty, Keminking, Male, Pankal Boeloe, Pajong, Singair, Nadong, Trentang, Merapin, Irigg, Jeloetang, Goedang, Segadin (Sebagin), Bassang (Basung), Pankal Kotta.
Dalam catatan Dr. S.A. Buddingh, dalam Neerlands-Oost-Indie Reizen Over Java, Madura, Makasser, Saleijer, Bima, Menado, Sangier-eilanden,Talau-eilanden, Ternate, Batjan, Gilolo, en omliggende eilanden, Banda-eilanden, Amboina, Haroekoe, Saparoea, Noussalaut, Zuidkust van Ceram, Boeroe, Boano, Banka, Palembang, Riouw, Benkoelen, Sumatra’s Westkust, Floris, Timor, Rotty, Borneo’s West-Kust en Borneo’s Zuid-en Oostkust ; gedaan gedurende het tijduak nan 1852-1857, halaman 65 dinyatakan: “Zuidwestelijk van Pankal-pinang voert een weg naar Soengi-slan of Pankal-slan, hoofdplaats van het (in 1854 door den heer VAN HOOGENSTRATEN geadministreerd) tin-mijn-distrikt van dien naam, en digt bij de westkust van Banka aan de Soengi of rivier Slan gelegen. Deze weg is 26 palen of 9 uren lang, en loopt langs de kampongs Klassa, Din-ding-papan, Masoena, Nihin of Batjang, Treblan,Serai en Melabon, en langs de parits of mijnen Doendang en Trantang. Vroeger was de, door een Redoute beschermde, pankal van dit boschrijk distrikt gevestigd te Banka-kotta aan de rivier van dezen naam en bij het Parmassang-gebergte aan de zuidwest-kust, doch is in 1837 of 1838 naar de rivier Soengi-slan, welke zich bij de Nanka eilanden in Straat- Banka ontlast, verlegd geworden. Maksudnya Dr. S.A. Buddingh adalah: “Di barat daya Pankal-pinang ada jalan menuju ke Soengi-slan atau Pankal-slan, ibu kota distrik pertambangan timah dengan nama tersebut (diperintah oleh Tuan VAN HOOGENSTRATEN pada tahun 1854), dan dekat dengan pantai barat Banka di Soengi atau sungai Slan. Jalan sepanjang 26 pal atau 9 jam ini melewati kampung Klassa, Din-ding-papan, Masoena, Nihin atau Batjang, Treblan, Serai dan Melabon, serta menyusuri parit atau tambang Doendang dan Trantang. Di masa lalu, pankal yang dilindungi kembali di distrik hutan ini terletak di Banka-kotta di sungai dengan nama ini dan dekat Pegunungan Parmassang (Permisan) di pantai barat daya, tetapi pada tahun 1837 atau 1838 dipindahkan ke Soengi-slan. Sungai yang mengalirkan muatannya di Kepulauan Nanka di Selat Banka, telah direlokasi.
Berdasarkan Atlas van Nederlandsch, distrik Sungaiselan, sebelah Baratnya berbatasan dengan Selat Bangka dan terdapat beberapa tanjung seperti Tanjung Tedung, Tanjung Bedaun, Tanjung Berani, Tanjung Pangong of Lalari, serta terdapat beberapa pulau yaitu pulau Nanka, pulau Midden Nanka, pulau West Nanka atau pulau Pelepas (pulau Lampu), pulau Antu, pulau Batoe Bedaun, pulau Medang, dan terdapat satu gugusan karang yang disebut Karang Tembaga. Terkait keberadaan pulau-pulau kecil di Selat Bangka atau yang berada di wilayah distrik Sungaiselan, masing-masing pulau memiliki sejarahnya tersendiri. Batas selanjutnya dari distrik Sungaiselan adalah, pada sebelah Utara berbatasan dengan distrik Pangkalpinang di sungai Menduk, gunung Penjerang, dan kampung Beroas, sedangkan di sebelah Timur Sungaiselan berbatasan dengan distrik Pangkalpinang di kampung Tjiloeak, sungai Kaboeng, bukit Pelawan, dan kemudian distrik Sungaiselan berbatasan dengan distrik Toboali di kampung Irat dan sungai Balar, sedangkan pada bagian Utara distrik Sungaiselan berbatasan langsung dengan Selat Bangka. Pada wilayah distrik Sungaiselan juga terdapat gunung yang cukup tinggi yaitu gunung Permisan (1325 kaki).
Berdasarkan peta selanjutnya yang lebih muda, Schets Taalkaart van de Residentie Bangka Samengesteld door, atau peta bahasa dari K.F. Holle Tahun 1889, distrik Sungaiselan terdiri atas Lima onderdistric, yaitu Soengai Selan, Ajer Anget, Maleh, Pering dan Permisan dengan dialek bahasa yang digunakan masyarakatnya yaitu dialek orang Darat atau Daratsche dialecten di onderdistric Permisan, selanjutnya dialek Melayu Bangka (Maleisch dialecten) di onderdistric Ajer Anget, Maleh, dan Pering.***