Wartawan Senior Asal Baturusa, Babel Meninggal Dunia, Lukman Setiawan: Harus Bisa!

Wartawan Amir Daud dan Lukman Setiawan-screnshot-

Dukungan Ciputra kala itu menjadi titik balik bagi para wartawan yang kehilangan pekerjaan akibat penutupan majalah Ekspres.  Kiprah Lukman Setiawan tak berhenti di Tempo. Pada tahun 1985, bersama wartawan senior Amir Daud, Lukman menggagas berdirinya harian Bisnis Indonesia. 

Harian ini lahir di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang mulai bertransformasi dari ketergantungan pada minyak ke sektor industri manufaktur.

Pendirian Bisnis Indonesia turut melibatkan tokoh-tokoh pengusaha besar seperti Ciputra, Sukamdani Sahid Gitosardjono (Sahid Group), Anthony Salim (Salim Group), dan Eric F.H. Samola. 

Dukungan dari para konglomerat tersebut memberikan fondasi kuat bagi Bisnis Indonesia untuk tumbuh menjadi media referensi di bidang ekonomi dan bisnis.  Meski memiliki dukungan kuat dari kalangan pengusaha, perjalanan Bisnis Indonesia pada awalnya penuh tantangan. 

Pasar surat kabar ekonomi di Indonesia saat itu masih tergolong baru, dan penetrasinya tidak mudah. Dalam tiga tahun pertama, Bisnis Indonesia menghadapi kerugian besar, bahkan sempat mencapai angka Rp2 miliar.

Lukman Setiawan bersama timnya berjuang keras agar Bisnis Indonesia tetap bertahan. 

Salah satu tantangan terbesar adalah terkait biaya produksi. 

Pada masa itu, PT Temprint yang menjadi mitra percetakan hampir menghentikan kerja sama karena tunggakan biaya cetak yang menumpuk.  Namun, Lukman berhasil meyakinkan Temprint untuk terus mendukung Bisnis Indonesia.

Kondisi ekonomi yang mulai membaik dan kebangkitan pasar modal di Indonesia memberikan momentum bagi Bisnis Indonesia. 

Koran ini menjadi salah satu media utama yang mengawal perkembangan Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia).

Dedikasi pada Jurnalisme 

Lukman Setiawan dikenal sebagai pemimpin yang peduli dengan kesejahteraan karyawan. 

Bersama jajaran direksi Bisnis Indonesia, Lukman mendirikan Koperasi Karyawan Bisnis Indonesia (KKBI) dan Kerukunan Keluarga Karyawan (KWK).  Menurut Lukman, karyawan adalah aset terbesar perusahaan, sehingga kesejahteraannya harus menjadi prioritas.

Selain Tempo dan Bisnis Indonesia, Lukman juga berperan dalam pendirian harian Solopos yang terbit pada masa krisis ekonomi. 

Lahirnya Solopos di tengah kondisi ekonomi sulit membuktikan kemampuan Lukman untuk beradaptasi dengan tantangan zaman.

Tag
Share