Selasa, 26 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Pangkalpinang
Politika
Daerah
Bangka
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Bangka Barat
Belitung
Belitung Timur
Komunikasi Bisnis
Advetorial
Kolom
Catatan Politik
Bahasa
History
Taring
Soccer
Lainnya
Gadget
Hiburan
Literasi
Kesehatan
Nasional
Opini
Network
Beranda
History
Detail Artikel
PATEH SINGA PANDJANG DJONGOR
Reporter:
Akhmad Elvian
|
Editor:
Syahril Sahidir
|
Senin , 29 Jan 2024 - 16:28
Elvian--
pateh singa pandjang djongor oleh: dato' akhmad elvian,dpmp sejarawan dan budayawan penerima anugerah kebudayaan indonesia bangka pada pertengahan abad 17 masehi: -------------- “berkuasalah seorang pateh di kualo menduk bernama “pateh singa pandjang djongor”, istana panggungnya dijaga “hulubalang selikor, seorang anak dayangnya, bernama dupang turun dari panggung tewas digigit “oelar mati ekor”, raja pandjang djongor diserang pasukan djohor dan meninggal di djeridji dikenallah makamnya dengan “keramat dentelor”, bangka kemudian di bawah panglima sarah dalam daulatnya “sultan djohor”, berkuasalah di pulau bangka pateh raksakoening, alam harimau garang dan “hulubalang selangor” (dalam bankanese history, elvian, 2018). pada masa setelah voc yang bersekutu dengan kesultanan aceh dan kesultanan johor menaklukkan malaka dari tangan portugis pada bulan januari tahun 1641, pulau bangka saat itu diperintah oleh kepala-kepala rakyat yang bergelar pateh. gelar pateh sudah ada ketika pulau bangka dikuasai oleh tumenggung dinata dari keprabuan majapahit yang berkuasa di pulau bangka sekitar abad 14 dan 15 masehi. pada pertengahan abad 17 berkuasa di pulau bangka beberapa pateh yaitu; di daerah jeruk seorang pateh bernama raksakoening dan hulubalangnya yang terkenal bernama hulubalang selangor, di daerah menduk berkuasa seorang pateh bernama ngincar, di daerah depak berkuasa pateh bernama gambir (kembar) dengan empat orang hulubalangnya bernama layang sedap, mengadun, mengirat, dan sekapucik, dan di daerah cepurak berkuasa seorang pateh bernama ngabehi dan terakhir seorang lagi pateh bernama singa pandjang djongor yang berkuasa di kuala menduk, sekarang wilayah kotakapur (wieringa, 1990:62). baca juga:rimbak, rebak, pemitak, kubak, bebak dan kelekak (bagian empat) pada pertengahan abad 17 disaat pulau bangka dikuasai oleh lima orang pateh dengan beberapa hulubalangnya, pulau bangka diserang oleh bajak laut raja tidoeng. pasukan bajak laut dari raja tidoeng diduga berasal dari salahsatu daerah dari empat muara sungai berau yang bernama muara pantai, muara guntung, muara garura dan muara tidung di kalimantan timur. bajak laut raja tidoeng, menyerang dan merampok pulau bangka sehingga menimbulkan ketakutan yang luar biasa pada penduduk (elvian, 2016:3). daerah pertama yang diserang bajak laut raja tidoeng adalah daerah kekuasaan pateh ngincar di menduk dan daerah kekuasaan pateh ngabehi di cepurak. rakyat dua daerah ini banyak yang mati dan sebagian melarikan diri ke hutan. selanjutnya wilayah kekuasaan pateh raksakoening di jeruk dan wilayah kekuasaan pateh gambir (kembar) di wilayah depak ikut juga diserang oleh bajak laut raja tidoeng. satu-satunya wilayah pateh yang tidak diserang oleh bajak laut raja tidoeng adalah wilayah pateh singa pandjang djongor yang berkuasa di wilayah kuala menduk. kesultanan johor dan kesultanan minangkabau yang pada masa itu sangat berpengaruh di kawasan pantai timur sumatera, selat bangka dan selat malaka terutama setelah kota malaka jatuh ketangan voc belanda, berusaha untuk mengamankan jalur perdagangan pada kawasan ini. dua kesultanan besar tersebut menjalin ikatan kerjasama antara lain, kesultanan johor memberikan perlindungan terhadap orang-orang minangkabau yang berada di negeri sembilan dan kesultanan minangkabau memberi perlindungan terhadap jalur perdagangan di selat bangka dan di kawasan pantai timur sumatera termasuk wilayah di perairan sekitar pulau bangka. panglima syarah dari kesultanan johor dengan pasukannya dalam rangka pengamanan wilayah perairan di sekitar pulau bangka masuk ke pulau bangka melalui sungai yang bermuara di wilayah pesisir barat pulau bangka yang kemudian sungai tersebut diberi nama kotaberingin sedangkan hulubalang alam harimau garang dari kesultanan minangkabau masuk ke pulau bangka menyusuri sungai yang bermuara di pesisir timur pulau bangka yang kemudian sungai tersebut diberi nama sungai jeroek. penyerangan terhadap bajak laut raja tidoeng oleh pasukan panglima syarah dan hulubalang harimau garang bersama-sama dengan pateh-pateh dan hulubalang yang berkuasa di bangka dilakukan melalui laut dan sungai dipimpin oleh panglima syarah, sedangkan penyerangan melalui darat dilakukan dan dipimpin oleh hulubalang alam harimau garang. setelah serangan dari darat dan laut, bajak laut tidung berhasil dikalahkan, dan melarikan diri serta bertahan di bukit sambung giri (daerah merawang), sementara separuh hulubalang dan pasukannya bersembunyi di daerah cengal. pasukan hulubalang alam harimau garang terus menyerang pasukan bajak laut tidoeng dan raja tidoeng kemudian mati terbunuh. satu-satunya pateh yang tidak diserang oleh bajak laut raja tidoeng adalah pateh singa pandjang djongor yang berkuasa di kuala menduk. rupanya pateh singa pandjang djongor telah melakukan kerjasama dengan bajak laut raja tidoeng (memberika informasi dan jalan yang memudahkan bagi para bajak laut menguasai wilayah pulau bangka). mengetahui hal ini panglima syarah dan hulubalang alam harimau garang mengerahkan pasukannya untuk menyerang pateh singa pandjang djongor. mengetahui dirinya akan diserang pateh singa pandjang djongor mempersiapkan pasukannya. benteng kotanya di perkuat dan dijaga ketat oleh pasukan, istana panggungnya dijaga oleh “hulubalang selikor”, artinya dijaga oleh dua puluh satu orang hulubalang kenamaan. pada suatu malam dalam suasana pengepungan yang mencekam oleh pasukan gabungan panglima syarah dan hulubalang harimau garang beserta pateh-pateh dan hulubalang dari bangka, salah seorang anak dayang pateh singa pandjang djongor bernama dupang (ada enam anak dayang pateh singa pandjang djongor), turun dari istana panggungnya untuk menutuk padi, guna bekal bagi orangtuanya berperang esok harinya. akan tetapi malang saat turun dari panggung istananya, dupang dipatuk ular berbisa “mati ekor” dan tewas. baca juga:batu berani dan bijih besi di pakuk salah seorang saudara perempuannya yang kemudian menemukan dupang terbujur kaku, berteriak: “dupang mati dipatuk ular mati ekor”!, teriakan itu terdengar oleh raja pandjang djongor, bahwa anak dayangnya dupang, mati dibunuh oleh hulubalang selikor, dan dalam pemikirannya, bahwa para hulubalangnya telah membelot dan berkhianat membantu musuh yang menyerangnya. pateh singa pandjang djongor kemudian melarikan diri dan bersembunyi di rawa-rawa (payak) kuala menduk dalam waktu yang lama dan hidup dari memakan cacing payak kuala menduk (dalam cerita rakyat karena memakan cacing payak mulutnya/jungornya memanjang seperti babi hutan sehingga dikenallah ia dengan sebutan pateh pandjang djongor). setelah situasi dirasakan aman, pateh singa pandjang djongor kemudian melarikan diri ke selatan pulau bangka. dalam upaya menumpas pateh singa pandjang djongor yang merupakan kaki tangan bajak laut tidoeng yang berasal dari kuala menduk (sungai menduk) yang lari ke selatan pulau bangka, panglima syarah beserta dengan pasukannya menelusuri wilayah pesisir barat pulau bangka ke arah bagian selatan sungai kotaberingin, sungai menduk dan sungai selan serta memasuki satu muara sungai yang bermuara di selat bangka antara tanjung berdaun dan tanjung berani. pada suatu wilayah yang dianggapnya strategis untuk pertahanan, panglima syarah kemudian memerintahkan pasukannya membangun satu “koeboe atau kota” di tepi sungai yang kemudian berkembang dan diberi nama “koeboebangka” atau “kotabangka” (sekarang bangkakota), sedangkan sungainya kemudian diberi nama dengan sungai bangkakota. pateh singa pandjang djongor terus dikejar dan kemudian meninggal di kampung djeridji, makamnya dikenal masyarakat dengan sebutan keramat pandjang jongor atau keramat dentelor. lima orang anak dayang dari pateh singa pandjang djongor kemudian oleh hulubalang alam harimau garang dinikahkan dengan para pateh dan proatin (wakil pateh) di pulau bangka panglima syarah dan hulubalang harimau garang setelah berhasil mengamankan pulau bangka dan perairannya kemudian menetap di pulau bangka. panglima syarah beserta sebagian pasukannya yang tidak kembali ke kesultanan johor, menetap di bangkakota dan hulubalang alam harimau garang beserta pasukannya menetap di kotaberingin. dua tokoh ini menjadi rajamuda kesultanannya di bangka dan mereka mengatur adat istiadat serta menyebarkan agama islam di pulau bangka. pada masa ini terwujudlah keteraturan dalam kehidupan masyarakat di pulau bangka. kehidupan perladangan dan kerajinan seperti tikar dan hasil hutan seperti kulit, kapur, opih pinang, madu dan lilin, gaharu dan damar menjadi komoditas yang dihasilkan dari pulau bangka.***
1
2
»
Tag
# pandjang
# singa
# pateh
# histori
# elvian
# akhmad
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Babel Pos 30 Januari 2024
Berita Terkini
RSUD Dr. (H.C) Ir. Soekarno Kini Miliki Layanan Radioterapi
Headline
1 jam
Rudianto Tjen Ajak Masyarakat Bangka Belitung Gunakan Hak Pilih Besok
Headline
2 jam
Tengoklah Pesona Keris Nusantara di Museum Nasional Indonesia
Headline
2 jam
Potensi Megathrust Mulai Disorot
Headline
2 jam
Siswa SMK 4 Semarang Tewas Ditembak Polisi Gara-gara Senggolan Motor
Headline
3 jam
Berita Terpopuler
Kejati Babel Pantau Langsung Dugaan-Dugaan Kecurangan Hasil Pilkada Lewat Spradik
Headline
21 jam
Kapolda Minta Tindaklanjuti Kasus Dugaan Pencurian Sawit PT BPL Bangka Barat
Headline
23 jam
Lagi, Soal Penentu Kerugian Negara Kasus Tipikor Timah, BPK Bukan BPKP!
Headline
18 jam
Wapres Filipina Terus Menebar Ancaman Bunuh, Termasuk Istri Presiden & Ketua Parlemen
Headline
18 jam
Polda Metro Terus Bongkar Sindikat Judol, Ponakan Alm Taufik Kiemas Ditahan
Headline
18 jam
Berita Pilihan
Pernyataan Sandra Dewi Mengecewakan, Rp 420 M, Kemana?
Headline
1 bulan
Bos Smelter Ungkap, MoU Dengan PT Timah dan CSR untuk Bantu Pemerintah dan Rakyat
Headline
1 bulan
Sidang Tipikor Tata Niaga Timah Aon Cs, Saksi Tak Sebut Terdakwa?
Headline
2 bulan
Tipikor Timah, dari Super Heboh, Kini Mulai Senyap?
Headline
5 bulan
Dugaan Tipikor KUR BSB Naik Penyidikan, Siapa Calon Tersangka?
Headline
5 bulan