Jumat, 31 Jan 2025
Network
Beranda
Headline
Pangkalpinang
Politika
Daerah
Bangka
Bangka Tengah
Bangka Selatan
Bangka Barat
Belitung
Belitung Timur
Komunikasi Bisnis
Advetorial
Kolom
Catatan Politik
Bahasa
History
Taring
Soccer
Lainnya
Gadget
Hiburan
Literasi
Kesehatan
Nasional
Opini
Network
Beranda
Taring
Detail Artikel
Kelekak
Reporter:
Tim
|
Editor:
Syahril Sahidir
|
Kamis , 21 Nov 2024 - 21:38
Ahmadi Sopyan-screnshot-
kelekak oleh: ahmadi sofyan penulis buku / pemerhati sosial kini kelekak sudah banyak ditebang dan dijadikan tanah kapling. lambat laun, kelekak akan jadi dongeng bagi generasi berikutnya….” --------- atok (kakek) kita masyarakat bangka belitung dulu, adalah orang-orang visioner. mereka menanam bibit buah-buahan hingga menjelang akhir hayatnya agar anak cucu bisa menikmati buah-buahan dari lahan sendiri, bukan lahan orang lain. “makanya, atok ikak nek rajin betanem, biar dak maling di kelekak urang” begitu kalimat judes orang-orang kampung di pulau bangka kala mendapati seseorang mengambil buah-buahan tanpa izin di “kelekak” milik orang lain. dulu, atok kita diusia senjanya masih menanam. sebuah perilaku yang sangat visioner dan sudah sangat jarang kita menyaksikan hal tersebut. atok-atok kita di bangka belitung cerdas memanfaatkan lahan mereka yang umumnya tak jauh dari sungai kecil dimana mereka mandi. sambil pergi ke sungai untuk mandi, atok-atok kita itu kita membawa cangkul atau kedik beserta beberapa bibit tanaman, seperti: durian, manggis, tampoi, rambai, duku, setol, jambu, dan banyak lagi jenisnya. ia tanam di mana saja, tanpa tertata rapi. nanti tanaman-tanaman itu cukup dipupukin dengan sampah dapur. sang cucu bertanya: “kek ape tok, lah tue baru nek nanam e, semile kek makan e?” (untuk apa kek, sudah tua baru bertanam, kapan makan hasilnya?) sang atok menjawab: “atok nanam ne ukan kek atok, tapi kelak kek ikak-lah” (kakek nanam ini bukan untuk kakek, tapi nanti untuk kalian). seiring perjalanan waktu, bibit buah–buahan yang ditanam atok itu sudah menjadi pohon dan berbuah. seperti yang sudah diperkirakan, atok tak menikmati apa yang ia tanam. sebab dirinya sudah lama terkubur, meninggal dunia sebelum yang ia tanam berbuah lebat. ternyata, yang menikmati adalah cucu dan cicitnya. begitulah kalimat “kelak kek ikak” konon menjadi kelekak. wisata kelekak perkembangan zaman dan maraknya pembangunan dan perkebunan perusahaan besar di bangka belitung, semakin membuat “kelekak” menipis. kerapkali kita saksikan “kelekak” sudah menjadi lahan kosong bertanah kuning dan berdiri spanduk besar bergambar kaplingan dan bertuliskan harga perkapling. kelekak-kelekak itu akan berubah menjadi perumahan atau bangunan lainnya. disinilah kadangkala betapa kita generasi sekarang kalah besar dengan perilaku bijak atok-atok kita tempo doeloe. peninggalan mereka bukannya kita kembangkan atau diperlebar, malah yang ada diperjualbelikan sebab nilai rupiah yang menjanjikan. maka jangan heran dimasa yang akan datang, fenomena “kelekak” akan menjadi cerita masa lalu bagi generasi setelah kita ini. oleh karenanya, menurut penulis, penting sekali bagi aparatur pemerintah, baik itu provinsi, kabupaten, kota dan desa untuk menjaga kearifan lokal bernama “kelekak” ini. ketika pertumbuhan manusia kian pesat, maka lahan pun kian sempit, sehingga perlu pemikiran bagaimana setiap lahan desa harus ada dijadikan “kelekak” desa. tak perlu harus luas ratusan hektar, namun bagaimana ia ditata dengan bibit-bibit buah-buahan lokal yang bertahan lama dan berbatang besar. setiap kampung, harus ada “kelekak” milik desa dengan penataan yang apik, serta perawatan lahan yang indah, dapat menjadikan “kelekak” menjadi salah satu destinasi wisata setiap desa. tak menutup kemungkinan, kelekak lebih menarik minat orang luar bangka belitung untuk datang ketimbang pantai yang kian jorok dan penuh dengan pandangan ti (tambang inkonvensional) apung diatasnya. bagaimana produk-produk unggulan desa bisa menjadi bagian perekonomian masyarakat. setiap desa harus berbeda produk, sehingga masing-masing memiliki karakter atau khas tersendiri. wisata kelekak akan menjadi karakter wisata pedesaan di kepulauan bangka belitung. penulis sangat yakin bahwa dengan kelekak ini akan menjadi ikon wisata baru di indonesia. sedangkan di wilayah desa yang memiliki pertambangan dapat kolaborasi misalnya kelekak & tambang heritage, yakni bagaimana memadukan keduanya melalui sejarah dan produk desa yang dihasilkan. wisata kelekak tidak akan pernah ada ketika pemimpin yang akan kita pilih tidak memahami nilai luhur para orangtua kita dulu. padahal, dengan menanam akan sangat bermanfaat bagi generasi berikutnya. itulah bedanya menanam dengan menambang. atok-atok kita sudah memberikan teladan dalam memanfaatkan lahan melalui “kelekak” (kelak kek ikak). salam kelekak!!***
1
2
»
Tag
# kelekak
# ahmadi
# sopyan
# ringan
# catatan
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Babel Pos 22 November 2024
Berita Terkini
Jejak Buronan Kasus Korupsi Paulus Tannos, Di Singapura, Diproses, Diektradisi
Headline
8 jam
Soal Pabrik Hilirasi Timah di Batam? Beliadi: Awalnya Babel
Headline
8 jam
Sidang Tipikor Timah Hendri Lie, Dijerat Pasal Sama?
Headline
8 jam
Ini, Daftar 30 Pemain yang Dipanggil Patrick Kluivert
Headline
8 jam
Imlek, Angpao dan Gus Dur
Taring
8 jam
Berita Terpopuler
Terindikasi Caplok Lahan IUP PT Timah, Kejari Belitung Bidik Perkebunan Sawit PT BAT
Headline
14 jam
Soal Pabrik Hilirasi Timah di Batam? Beliadi: Awalnya Babel
Headline
8 jam
Perjalanan Pemilihan Umum di Indonesia
Opini
8 jam
Dor! Pembakar Al-Quran Tewas Ditembak
Headline
12 jam
Prabowo Setuju Wajah Baru PPDB Diganti SPMB
Headline
11 jam
Berita Pilihan
Prabowo: Koruptor Bertobatlah!
Headline
1 bulan
Harvey Moeis: Anak-Anakku, Papa Bukan Koruptor, Mana CSR Rp 320 M?
Headline
1 bulan
Prabowo Maafkan Koruptor Asal Kembalikan Uang Negara, Yusril: Rencana Amnesti dan Abolisi
Headline
1 bulan
Ratusan Artefak dari Belanda Kembali ke Indonesia
Headline
1 bulan
PKB Sedang Mengkaji Gubernur Ditunjuk Langsung
Politika
2 bulan