EUROPEESCHE LAGERE SCHOOL (ELS), SEKARANG SMK NEGERI 1 PANGKALPINANG
Akhmad Elvian-screnshot-
Oleh: Dato’Akhmad Elvian, DPMP, CECH
Sejarawan dan Budayawan
Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia
POSISI Europeesche Lagere School atau Sekolah Dasar Eropa Pangkalpinang dapat dipelajari dari Peta Resident Bangka en Onderh.
-----------------------
OPGENOMEN door den Topografischen dienst in 1928-1929 Blad 34/XXV d. KK 083-04-01/085-04-10_087- 05978-086, Reproductiebedrijf Topografische dienst, Batavia 1931, Digital Collections Leiden University Libraries, Auteursrecht Voorbehouden (Stbl 1912 No.600). Pada Toelichtingen (penjelasan peta), Nomor 19 terdapat lokasi Europ. Lagere School berupa bangunan steenen (terbuat dari batu) yang terletak pada sisi selatan Jalan raya verharde weg atau jalan beraspal Resident Straat (sekarang Jalan Merdeka) yang di sisi Utara jalannya terdapat Pasanggrahan v/d Tinwinning (pesanggrahan milik perusahan penambangan Timah Belanda) dan Societeit de Harmonie yang sekarang disebut Pantiwangka. Secara keseluruhan letak Europ. Lagere School berada pada Europe Wijk atau kawasan Eropa. Letak sekolah sangat strategis karena berada di sisi jalan raya dan sangat dekat dengan perumahan orang Eropa, Wilhelmina park atau sekarang Tamansari dan Rumah Resident Bangka di Pangkalpinang pada waktu itu. Pendirian Sekolah Dasar Eropa di Kota Pangkalpinang didasari akan kebutuhan fasilitas pendidikan bagi orang orang Eropa di Kota Pangkalpinang yang sejak Tanggal 3 September 1913 ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai pusat Keresidenan Bangka dan pada Tahun 1933 menjadi pusat keresidenan Bangka Belitung dan pulau pulau kecil di sekitarnya (Residentie Banka Belliton en Onderhorigheden) dalam wilayah Hindia Belanda (Ordonansi Tanggal 2 Desember 1933, Stbl. Nomor 565).
Europeesche Lagere School atau ELS didirikan untuk pendidikan bagi anak orang-orang Eropa dan ambtenar-ambtenar Goebernemen atau pejabat administrasi pemerintahan (bestuur), serta pejabat perusahaan BTW (Banka Tin Winning) yang ada di Pangkalpinang Ibukota Keresidenan. Europeesche Lagere School pada Tahun 1928 Masehi, di samping menerima murid orang Eropa juga menerima sedikit murid dari orang-orang Tionghoa, walaupun pada saat itu, Tahun 1917, di Pangkalpinang ibukota Keresidenan Bangka Pemerintah Hindia Belanda telah mendirikan HCS (Hollands-Chinese School). Di Hindia Belanda, ELS membuka akses pendidikan lebih luas, meliputi bangsa Timur dan bumiputra keturunan bangsawan (Makmur 1993:76). Gedung HCS (Hollands-Chinese School) sekarang digunakan sebagai gedung SMP Negeri 1 Pangkalpinang. Berdasarkan catatan Residen Bangka, J.E. Eddie (memerintah di Pangkalpinang dari tanggal 17 Mei 1925 hingga 3 Mei 1928 Masehi), dalam Memorie van Overgave, Pangkalpinang, 1928, bahwa pada bulan Maret 1928 sudah terdapat sekitar 10 (Sepuluh) sekolah pemerintah kelas dua dan 104 volkscolen (sekolah dasar) untuk masyarakat bumiputera di Pulau Bangka.
Europeesche Lagere School (ELS) pertama kali didirikan di Weltevreden (Jatinegara), pada Tahun 1817, selanjutnya jumlah ELS semakin bertambah di wilayah Hindia Belanda seiring dengan kebutuhan sekolah bagi pendidikan dasar anak anak orang Eropa. Pada Tahun 1820 terdapat 7 sekolah. kemudian pada Tahun 1825 bertambah menjadi 24 sekolah, dan terus bertambah pada Tahun 1868, sudah terdapat 68 sekolah ELS, dan menjelang akhir Tahun 1917, ELS sudah berjumlah 198 sekolah. Pada awalnya lama belajar di ELS selama Tiga Tahun namun, sejak tahun 1907, masa masa belajar di ELS diperpanjang menjadi Tujuh Tahun (Nasution 1983: 97). Sebelum menempuh pendidikan selama Tujuh Tahun tersebut, para peserta didik dari keturunan Eropa akan terlebih dahulu menjalani masa persiapan di Sekolah Taman Kanak-Kanak (Frobel). Bahasa Belanda ditempatkan sebagai bahasa pengantar, maka bagi anak-anak keturunan non-Eropa disediakan sekolah persiapan agar mereka mahir dalam berbahasa Belanda, sehingga dapat mengikuti pelajaran di kelas dengan lancar (Makmur 1993:76). Ketentuan batasan usia para peserta didik di ELS ialah antara Enam hingga Enam belas tahun. Namun, khusus bagi anak-anak keturunan perkawinan campuran antara wanita Eropa yang bersuamikan bumiputera, mereka dapat terdaftar sebagai murid ELS sebelum menginjak usia Enam Tahun. Di luar itu, anak-anak bumiputra yang akan didaftarkan menjadi murid di ELS harus sesuai dengan batasan umur yang telah menjadi ketentuan dan menjalani tes seleksi terlebih dahulu (Makmur 1993:76). Setelah dinyatakan lulus seleksi, sebagai murid mereka akan mendapatkan beragam pelajaran dari kurikulum yang telah disesuaikan dengan kurikulum di Belanda. Mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik di ELS antara lain Ilmu Alam; Dasar-Dasar Bahasa Prancis, Inggris, dan Jerman; Sejarah Umum/Dunia; Matematika; Pertanian; Menggambar; Pendidikan Jasmani; serta Pekerjaan Tangan dan Menjahit untuk murid-murid perempuan. Jika dilihat dari luaran mata pelajaran yang diperoleh peserta didik selama menempuh studi di ELS, kompetensi tersebut dapat mereka gunakan sebagai bekal pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang akademik yang lebih tinggi, seperti di STOVIA (School Ter Opleiding Van Indische Artsen) kelak (Dhitya 2020: 192).
Berdasarkan Volkstelling atau sensus yang dilakukan pemerintah Kolonial Belanda pada Tahun 1920 Masehi, diperoleh data, bahwa terdapat sekitar 67.398 orang Cina Bangka di Pulau Bangka dari keseluruhan penduduk Pulau Bangka pada waktu itu yang berjumlah sekitar 154.141 orang, atau meliputi hampir 44 persen penduduk Pulau Bangka. Berdasarkan data Volkstelling atau sensus tersebut terdapat sekitar 10.653 orang Cina Bangka yang tinggal di Pangkalpinang dari keseluruhan jumlah penduduk Pangkalpinang sekitar 15.666 orang (termasuk orang Eropa) atau hampir meliputi 68,9 persen. Selanjutnya berdasarkan data, bahwa pada Tahun 1930 di Distrik Pangkalpinang terdata jumlah penduduk sebesar 52.000 orang di antaranya 273 orang Eropa dan 21.000 orang Cina. Penduduk Orang Melayu bergantung pada hasil pertanian (lada dan padi) dan perikanan. Orang Cina dipekerjakan di Pertambangan Timah atau dalam perdagangan, pertanian dan perikanan (Goggryp 1934, 1128). Sangatlah wajar bila pemerintah Kolonial Belanda kemudian membuat kebijakan mendirikan volkscolen (sekolah dasar) untuk masyarakat di Pulau Bangka, Europeesche Lagere School untuk orang Eropa dan HCS (Hollands-Chinese School) khusus untuk orang Tionghoa di Pangkalpinang di samping itu orang Tionghoa juga pada sekitar Tahun 1920 Masehi mendirikan pusat pendidikan bagi orang dewasa Soe Po Sia (M:Shubaoshe) dan beberapa sekolah THHK (Tiong Hoa Hwe Koan).
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, gedung Europeesche Lagere School (ELS) dijadikan sebagai gedung Sekolah Kesejahteraan Keluarga Putri (SKKP) dan beralamat di Jalan Merdeka Nomor 3 Pangkalpinang. Pada masa Walikotamadya Pangkalpinang Tahun 1978-1983 dijabat H. Mohammad Arub, SH menggantikan Roesli Romli, mulai didirikan SMP Negeri 3 Pangkalpinang pada tanggal 17 Februari 1979. Sekolah ini merupakan integrasi dari SKKP (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Putri) Pangkalpinang. SMP Negeri 3 sebelum memiliki gedung sendiri di Jalan Kampung Melayu telah beberapa kali pindah lokasi yaitu yang pertama pada Tahun 1979 menempati gedung SKKP Negeri beralamat di Jalan Merdeka Nomor 3, kemudian pada tahun 1980 pindah dan menumpang pada gedung SMEP (sekarang gedung bioskop Golden di samping Kelenteng Kwan Tie Miaw), lalu pindah lagi dan menempati gedung BP7 yang terletak di Jalan Mayor Syafrie Rachman (sekarang Harmoni Shoping Centre).
Bangunan Europeesche Lagere School (ELS) dibangun secara permanen di atas lahan seluas 9.495m2, terbuat dari bata dengan dinding yang tebal kokoh dan tinggi bergaya Eropa dan menggunakan atap genteng tanah liat, berbentuk memanjang dari Timur ke Barat dengan 2 lapis Pintu dan jendela terbuat dari kayu yang berukuran besar, sedangkan lantai terbuat dari tegel berwarna abu-abu. Bangunan yang diperuntukan untuk sekolah ini memiliki bentuk asli berupa 7 ruangan yang berukuran 8×9 meter dan masing masing ruangan terhubung dengan pintu di dalamnya. Bangunan dilengkapi dengan selasar keliling dan fasad depan yang unik dengan variasi atap limasan dan lengkungan beton pada sisi kiri dan kanan dan tampilan bukaan beton depan, sejajar posisinya dengan jalan raya. Dua bangunan menyambung ke samping pada Dua sisi, di Timur dan Barat sehingga berbentuk seperti hurup U. Sebagai sarana pendidikan, bangunan dilengkapi dengan 2 unit sumur yang terletak di samping dan di halaman belakang sekolah. Saat ini Gedung Europeesche Lagere School atau ELS digunakan sebagai Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Pangkalpinang dan sudah direhabilitasi untuk kepentingan pendidikan dan dikembalikan kebentuk aslinya sebagai salah satu Cagar Budaya yang penting di Kota Pangkalpinang.***