Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia di Australia, Bawah 16 Tahun Dilarang Ber-Medsos
Ilustrasi-screnshot-
Tapi menurutnya konten media sosial juga memberikan manfaat bagi anaknya yang gemar membuat kue.
"Bisa belajar soal baking lewat Reels. Juga belajar agama, dia bisa lebih tahu soal hadits-hadits karena follow tokoh Muslim dari Inggris, misalnya."
Tapi Nuri tetap menyambut baik rencana pemerintah Australia karena beberapa kekhawatiran terkait media sosial.
"Yang ditakutkan adalah kalau ada orang tak dikenal yang mengontak," katanya.
"Sebenarnya, yang mengkhawatirkan lainnya adalah video-video musik di Reels, karena bisa vulgar," ujarnya.
BACA JUGA:Jajakan Dua Cewek ABG Via Medsos, Jadi Germo, Mama Muda Diringkus
Hp Dipakai Bersama
Beberapa orang tua asal Indonesia di Australia yang dihubungi ABC mengaku belum mau memberikan ponsel kepada anaknya, karena tak ingin hidup anaknya jadi dikuasai teknologi.
Vironica mengatakan gadget atau gawai akan membuat anak-anak terpapar pada hal-hal yang belum mampu mereka pahami dan akhirnya tidak tahu bagaimana harus menyikapinya.
Vironica saat ini hanya memperbolehkan anak perempuannya untuk memiliki 'gadget time', tapi dibatasi maksimal setengah jam setiap malam.
"Kalau mereka sudah pegang gadget dan main medsos, mereka lupa semuanya dan membuat itu yang mengontol hidup mereka," kata Vironica.
"Selama ini aku mikirnya I am the weird one karena sekelilingku anak-anaknya semua sudah dikasih hape, dan mereka bertanya balik ke aku 'lho, anakmu belum punya hape?"
Leny, warga asal Indonesia yang bekerja menjadi guru dan tinggal di Darwin, mengatakan kedua anaknya, yakni Peter (18 tahun) dan Eva (15 tahun) juga tidak memiliki ponsel dan akses ke sosial media.
"Anakku si Peter itu enggak mau punya telepon, … menurut dia itu buang-buang waktu, adiknya karena melihat koko-nya enggak punya ya dia enggak punya juga," kata Lenny.
Tapi Lenny mengatakan keluarganya memiliki ponsel yang dipakai bersama-sama hanya untuk keperluan komunikasi.