Dak Ngukor Baju di Badan
Ahmadi Sopyan-screnshot-
Kita merasa banyak berbuat dan berjasa terhadap lingkungan dan daerah, tapi pada kenyataan itu hanya keterpaksaan belaka dan bahkan karena ada keinginan terselubung dibaliknya. Kita selalu merasa setiap kalimat yang kita ucapkan atau kita tulis semua orang menyukai, tapi pada kenyataannya pujian orang hanya didepan kita saja, menoleh ke belakang sedikit saja, justru mereka sinis dan bahkan tertawa sambil menumpahkan muntah di punggung kita. Kita pun merasa karya kita yang paling indah, pada kenyataannya orang lain yang menikmati justru muntah mengeluarkan segala isi perutnya.
So, marilah sama-sama kita belajar mengolah rasa dalam diri kita bahwa kita sebenarnya bukan siapa-siapa sehingga tak perlu menghabiskan energi menjatuhkan orang lain hanya karena ingin menaikkan status diri. Pepatah Jawa mengatakan: “Ojo rumungso iso tapi kudu iso rumungso” (jangan hanya merasa bisa, tapi harus bisa merasa).
Lapang dada dalam setiap kenyataan dengan tidak melebih-lebihkan hasil yang didapatkan setelah berjuang adalah bentuk penerimaan terhadap takdir yang telah diberikan oleh Sang Khalik. Orang yang suka melebih-lebihkan kenyataan yang ada adalah salah satu karakter tak bisa berlapang dada. Nggak perlu klaim banyak ide besar, padahal yang dilakukan hari ini semuanya remeh temeh. Gak perlu hanya karena pengen jabatan lebih tinggi, merasa yang diperbuat hari ini sudah hebat, padahal sama sekali tidak punya nilai. Ada kelucuan plus kebodohan dalam pernyataan tersebut. Sudahlah, lapang dada saja, sambil diurut dadanya dan ucapkan: “astaghfirullahul adzhiim…”
Salam lapang dada!(*)