Kisah tentang Membaca

Kristia Ningsih.-Dok Pribadi-

 

Pengetahuan ini penulis dapatkan hanya karena kebiasaan membaca. Sekadar informasi, sesuai penjelasan situs keislaman Rumasyho dan Muslim.or.id bahwa membicarakan sesuatu yang buruk untuk menghindarkan lebih banyak keburukan (mengikuti kekeliruan ustad tersebut) merupakan satu dari enam gibah yang diperbolehkan menurut ulama. Betapa berbahayanya jika kita tidak menyadari hal-hal seperti ini. Tanpa membaca, kita bisa saja terjebak dalam pengaruh yang salah.

 

Membaca juga memberi penulis wawasan bahwa ada konten yang tampaknya tidak berbahaya, tetapi jika kita tidak hati-hati, bisa menyebarkan ideologi yang keliru. Misalnya, beberapa akun YouTube luar negeri yang menayangkan lagu anak-anak namun secara tersirat mempromosikan agenda LGBT. Tanpa membaca atau memeriksa secara teliti, kita mungkin tidak menyadari dampaknya. Dengan membaca, setidaknya kita bisa mendapatkan pencerahan tentang apa yang keliru.

 

Lebih jauh lagi, membaca juga mengajarkan penulis bahwa perjalanan hidup seseorang bisa menjadi tulisan yang sangat berkesan, seperti halnya esai perjalanan yang ditulis oleh Benny Arnas. Dari membaca, penulis juga mengetahui bahwa memperhatikan detail dan membahasnya secara mendalam bisa menjadi sebuah ilmu. Ini penulis temui dalam tulisan di Tempo dan Kompas yang mengulas tentang bahasa yang dikumpulkan oleh Ivan Lanin dalam blog pribadinya. 

 

Akhir kata, mari kita membaca. Ada banyak kisah yang dituliskan meski tak disampaikan secara lisan. Dalam teks-teks tersebut, pesan-pesan untuk kita manusia anat banyak. Lebih banyak membawakan untung daripada ruginya. Lebih lagi, bila kita cermati kutipan dari Quran Ali-Imran ayat ke-3: “Dia menurunkan Kitab Al-Qur'an secara berangsur-angsur kepadamu, wahai Nabi Muhammad, yang mengandung kebenaran dan dalam keadaan hak, baik kandungan, cara menurunkan, yang membawanya turun, maupun yang menerimanya.” Sepertinya, siapa saja butuh membaca. Paling tidak membaca petunjuk hidup.***

 

Tag
Share