Baca Koran babelpos Online - Babelpos

MEMPERTAHANKAN BUDAYA MALU

Syamsul Bahri.-screenshot-

Oleh: Syamsul Bahri

Kepala MTs Al-Hidayah Toboali

 

Budaya adalah sebuah karya, tindakan, gagasan dan hasil pemikiran manusia. Lebih lanjut budaya dapat menjadi karya yang positif maupun negatif. Secara garis besar budaya dibagi menjadi dua yaitu budaya yang positif dan budaya yang negatif. Contoh budaya yang positif dalam masyarakat kita adalah budaya musyawarah untuk mufakat. 

 

Budaya musyawarah ini dapat kita lihat dari tatanan struktur terendah dalam pemerintahan yaitu musyawarah dalam rumah tangga sampai dengan musyawarah di pemerintah pusat. Kemudian ada budaya gotong- royong (rewangan dalam masyarakat pedesaan Jawa), dan masih banyak budaya positif lainnya yang seharusnya dapat kita pertahankan.  

 

Sedangkan budaya yang negatif seperti budaya korupsi, budaya merusak alam, budaya tebar janji pada waktu kampanye, budaya demo yang anarkis, budaya malas, budaya meminta-minta dan yang lebih membuat kita miris adalah budaya sengaja melanggar hukum demi untuk memuluskan cita-cita, baik itu hukum agama maupun hukum negara. 

 

Di zaman yang serba modern dengan perkembangan teknologi begitu pesat. Kita berada di sebuah zaman yang sudah kurang menghargai budaya atau ada juga yang menyebut zaman edan. Sebutan itu terlahir karena banyaknya kejadian di luar nalar kita yang mencerminkan keedanan zaman sekarang. Kita sebagai manusia terkadang sudah bertingkah laku diluar batas kemanusiaan, meninggalkan budaya ketimuran kita, sehingga terkadang bisa membuat kita lebih hina dari makhluk lain, padahal kita sebenarnya lebih mulia diantara makhluk lain yang diciptakan Allah. 

 

Membudayakan Malu

Selanjutnya, di antara banyaknya budaya yang disebutkan di atas, ada salah satu budaya yang dimiliki oleh kita orang timur, namun perlahan sudah termarginalkan, budaya tersebut adalah budaya malu. Budaya malu ini seharusnya terus dipupuk dan dibina sehingga ia tetap subur dan selalu bersemayam di hati kita. Selain sebagai budaya, malu juga merupakan sifat yang mulia. Sifat yang telah diwariskan oleh para Nabi kepada umatnya. Islam sendiri menganjurkan umatnya agar menjadikan malu sebagai penghias hidupnya. Hiasan yang membawa kebaikan bagi pemiliknya dan menjadi jalan menuju surga. 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan