Babel Miskin?
Indra Ambalika Syari.-Dok Pribadi-
Mungkin belum banyak yang mengetahui sejarah lada putih di Indonesia. Dulu, pedagang Eropa menghargai 1 gram lada putih sama dengan 1 gram emas! Luar biasa berharga. Rempah yang berguna untuk menghangatkan tubuh sekaligus menyehatkan di saat musim dingin di Eropa yang menusuk tulang.
Lada dapat dicampur dalam minuman atau bahan masakan yang memberi cita rasa pedas sekaligus menghangatkan tubuh. Sungguh sangat berguna sambil bermain bola-bola salju di halaman rumah mereka. Hampir seluruh tanah di Babel dapat ditanami lada. Nenek moyang kita di Babel sudah lama dikenal sebagai petani lada.
3. Pelawan
Pelawan merupakan pohon yang luar biasa. Kumpulan Pohon-pohon Pelawan dapat membentuk vegetasi hutan yang kemudian dapat menghasilkan madu dan jamur yang sangat berharga. Harga madunya dapat mencapai lima kali lipat harga madu asli biasa. Jamurnya dapat mencapai 20 kali lipat dari harga jamur budidaya biasa.
Cobalah sekadar bertanya harga jamur pelawang yang sudah kering di toko oleh-oleh khas Babel. Harganya mencapai dua jutaan rupiah per kilogram. Mengerikan!. Sangat tidak sesuai untuk mereka kalangan mendang-mending.
4. Hasil laut
Hamir 80% luasan Babel Adalah laut. Sebagai pulau yang berada di tengah-tengah Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, Babel mimiliki potensi perikanan laut dangkal yang luar biasa. Selain itu pulau-pulau kecil yang bertebaran pun memiliki potensi wisata alam yang sangat mengagumkan. Hasil ikan Babel langsung di eksport ke Singapura, Hongkong dan daerah lainnya. Tentunya akan memberikan nilai jual yang lebih tinggi.
Penulis tidak perlu merinci lebih detail lagi potensi-potensi lain dari Babel seperti pasir kuarsa, tanah jarang, zircon, bahkan durian. Ditambah dengan kondisi geospasial yang menjadikan Babel sangat diuntungkan untuk potensi perdagangan nasional maupun internasional.
Bukanlah perkara sulit menjadikan Babel kaya raya gemah ripah loh jenawi seperti Brunai Darussalam yang hanya mengandalkan minyak bumi. Apalagi penduduk di provinsi ini di tahun 2024 hanya sekitar 1,5 juta jiwa atau hanya sekitar 75% dari total penduduk pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur.