Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Babel Ditinggal Pergi Pemudanya

Sohidin.-Dok Pribadi-

 

Kedua, struktur ekonomi yang belum ramah pemuda. Ekonomi Babel masih bertumpu pada sektor primer: pertambangan, perkebunan, dan perikanan. Menurut Sakernas BPS (2023), rata-rata upah buruh perkebunan dan pertanian di Babel masih di bawah Rp2 juta per bulan. Sementara itu, kota-kota besar menawarkan peluang kerja di sektor jasa dan digital dengan upah lebih kompetitif. Tanpa diversifikasi ekonomi dan inovasi industri, pemuda lokal kesulitan membangun karier di tanah sendiri.

 

Ketiga, tekanan biaya hidup. Babel memiliki garis kemiskinan tertinggi di wilayah Sumatera bagian selatan, yakni Rp634.000 per kapita per bulan (BPS, 2023), lebih tinggi dari rata-rata nasional Rp550.458. Ini mencerminkan mahalnya harga kebutuhan pokok seperti beras, ikan, dan transportasi antarpulau. Ketika penghasilan rendah dan biaya hidup tinggi, mobilitas keluar menjadi pilihan rasional, terutama bagi keluarga muda.

Dampak migrasi pemuda paling terasa di kabupaten-kabupaten yang berada di luar pusat pertumbuhan utama, seperti Bangka Selatan, Bangka Barat, dan Belitung Timur. Ketiga wilayah ini menunjukkan gejala yang serupa: menurunnya proporsi penduduk muda dan meningkatnya populasi usia lanjut. 

 

Di Bangka Barat, misalnya, pada tahun 2023, kelompok usia produktif (15–64 tahun) memang masih mendominasi dengan porsi 65,2 persen, namun penduduk usia anak-anak hanya sekitar 25,96 persen dan lansia mencapai 8,84 persen. Komposisi ini menggambarkan penuaan populasi yang mulai nyata, terutama jika tren migrasi keluar terus berlangsung. Di Belitung Timur, kondisi serupa terjadi: penduduk lansia mencapai 6,21 persen dan kelompok usia produktif sekitar 71 persen. 

 

Sementara itu, di Bangka Selatan, meskipun kelompok usia produktif masih cukup besar (sekitar 71,7 persen), hal ini justru menjadi cermin dari kerentanan demografis, karena sebagian besar dari kelompok usia ini justru menjadi pelaku migrasi ke luar daerah.

 

Data migrasi memperkuat potret ini. BPS mencatat bahwa tingkat migrasi keluar di Bangka Selatan mencapai 58 per 1.000 penduduk, menjadikannya salah satu yang tertinggi di Babel. Di Bangka Barat, angkanya sebesar 21,41 per 1.000 penduduk, sementara Belitung Timur 16,36. Ketiganya mengalami migrasi neto negatif, artinya jumlah penduduk yang keluar lebih banyak dibandingkan yang masuk, khususnya dari kalangan muda dan usia produktif. 

 

Kondisi ini berdampak langsung pada regenerasi tenaga kerja: petani dan nelayan muda makin sulit ditemukan, banyak sektor produktif kekurangan tenaga terampil, dan desa-desa mulai kehilangan dinamika ekonominya. Dalam jangka panjang, ini bukan sekadar kehilangan angka, tetapi kehilangan daya saing lokal.

 

Secara agregat, Provinsi Bangka Belitung juga menunjukkan tanda-tanda menua secara perlahan. Proporsi lansia meningkat dari 10,18 persen pada tahun 2023 menjadi 10,41 persen pada 2024. Jika dibiarkan tanpa strategi penguatan pembangunan manusia dan ekonomi lokal, maka ketimpangan antarwilayah akan semakin tajam. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan