Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Demokrasi Bangka Belitung: Antara Prosedur dan Ketakutan Sosial

Valery Muhammad Gibran.-Dok Pribadi-

Hubungan antara pemimpin dan warga perlu didesain ulang dari hubungan atas-bawah menjadi hubungan kolaboratif. Ini membutuhkan pelatihan kepemimpinan partisipatif di tingkat desa, kelurahan, dan RT/RW, sehingga warga tidak merasa sedang "meminta" kepada kekuasaan, tetapi "bermitra" dengan pemangku kebijakan.

 

4. Membangun resiliensi kolektif

Demokrasi sering menimbulkan friksi. Oleh karena itu, warga perlu dibekali dengan kapasitas untuk bertahan dalam konflik sosial secara sehat. Intervensi psikologis komunitas yang berbasis penguatan identitas kolektif dan nilai bersama dapat membantu mengurangi polarisasi yang merusak.

 

Pada akhirnya, Demokrasi Tak Sekadar Infrastruktur, Tapi Kultur dan Mentalitas. Meningkatkan demokrasi di Bangka Belitung bukan hanya soal memperkuat institusi formal. Ia menyangkut perubahan cara berpikir, merasa, dan berperilaku dalam kehidupan publik. Ketika masyarakat merasa takut bersuara, merasa tidak mampu mengubah keadaan, atau merasa tunduk pada otoritas tanpa kritik, maka demokrasi tidak pernah benar-benar hadir, meski semua lembaga terlihat bekerja.

 

Pekerjaan rumah para elit pemerintah lokal dan elit politik adalah memulihkan kepercayaan warga terhadap dirinya sendiri dan terhadap nilai kebebasan politik. Tanpa itu, demokrasi hanya menjadi rangkaian prosedur yang sepi dari makna.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan