Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Permintaan Rasum

Sudi Setiawan.-Dok Pribadi-

“Kau ini siapa? Berani-beraninya menghenti pekerja Tuan Nyaji. Kau ingin ditangkap?” pemuda itu seperti memiliki kartu pamungkas. Ia tak gentar dari gertakan Rasum yang sangar.

 

Tuan Nyaji dikenal sebagai pemburu tanah. Karang Lintang  yang dulunya rimbun kini berganti menjadi petakan tanah lembah yang diapit perkebunan sawit. Tak ada yang tahu pastinya, sejak kapan hutan-hutan larangan mulai menjadi eksploitasi brutal. 

 

Hal nahasnya, pemakaman adat yang berada tepat di bawah bukit pun menjadi sasaran yang tak manusiawi. Tua bangka itu ambisius sekali membuat daratan gersang dengan akar-akar sawit menyanggah perbukitan. Rasum menahan amarah. Ia takut makam istrinya akan digusur tanpa meminta persetujuannya.

Warga desa kembali dalam kehidupan yang dikepung oleh mafia-mafia yang mengambil lahan adat dan memperebutkan layaknya umpan cacing kepanasan yang dikejar-kejar oleh gabus rawa kelaparan. Mereka datang hanya meminta dan menaruh garam di atas luka yang nanar, meminta warga kampung Karas diam saja. Tak ada lagi hutan adat dan hutang larangan. Mereka akan beri imbalan atas tanah-tanah leluhur yang mulai diratakan. 

 

Sore itu, Rasum mendapati makam Sari rata oleh tanah. Pecah sudah amarahnya selama ini yang terbendung rapat-rapat. Ia mencari orang yang meratakan makam istrinya. Dengan keras kepala ia mendatangi rumah Tuan Nyaji yang berada di Kutopan. 

 

Mendobrak dan membuat kerusuhan. Ia berteriak seperti binatang buas kelaparan. Mendengar serapah orang rendahan, lelaki tua tertawa girang. Ia tahu, binatang buas cukup diberi makan agar terdiam dalam kekenyangan. Meminta untuk duduk dan memulai negoisasi. 

“Kudengar kau duda anak satu? Bukankah anakmu perlu susu. Nafsu sekali dirimu berkoar-koar seakan kau ini memiliki kekuasaan…” kata Tuan Nyaji meledek. Muka Rasum merah dan gempalan tangan siap mendarat.

 “Begini saja, makam istrimu itu akan kami ganti dengan pekerjaan. Kau bisa membeli susu dan memberi makan anakmu dengan layak. Tak usah meributkan hal sepele, jang”  Ungkap Tuan Nyaji memberi tawaran. 

Rasum terdiam. Pikiran tiba-tiba penuh dengan tangis Rasi kelaparan dan wajah Sari murung menyapanya. Kali ini, ia terombang-ambik dalam permintaan.

***

Rasum terdiam ketika tangis Rasi pecah semalaman, tangis bayi membangunkan Pak Jam yang sudah terlelap sebelumnya. Melihat menantunya dengan tatapan kosong, ia mendatangi dengan perasaan campur aduk. Sebagai mertua, rasanya akan sama jika dihadapkan pada pilihan sulit yang sedang dirasakan menantunya. Ia berkata secukupnya dan menandakan bahwa ia juga tak bisa memilih.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan