Baca Koran babelpos Online - Babelpos

BERSEMBUNYI DI RANGOUW

Akhmad Elvian-screnshot-

Oleh: Dato’Akhmad Elvian, DPMP

Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung

Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia

 

DALAM catatan sejarah Belanda, perjuangan Rakyat Bangka terus berlanjut walaupun pemimpin utama perjuangan Depati Amir telah ditangkap Belanda Pada Tanggal 7 Januari 1851. 

---------------------

PERLAWANAN dilakukan oleh sisa sisa pengikut utama Depati Amir, termasuk pejuang Tangguh Batin Tikal. Pada masa itu diperoleh kabar, bahwa Tumenggung Abang Arifin, Kepala Jaksa Belanda berangkat ke distrik Koba, karena pada wilayah Gudang di distrik Sungaiselan terdapat huru hara yang dilakukan oleh Batin Tikal. Tampaknya Pemerintah Hindia Belanda, belum menugaskan pasukan militernya untuk menumpas huru hara atau perlawanan rakyat yang dipimpin Batin Tikal di wilayah Gudang. 

Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Batin Tikal dianggap Pemerintah Hindia Belanda cukup ditangani oleh Kepala Jaksa Tumenggung Abang Arifin. Perlawanan Gerilya Batin Tikal di wilayah Gudang dan wilayah Distrik Sungaiselan dan sampai ke wilayah Distrik Toboali berlangsung bersamaan dengan akhir dari perlawanan Depati Amir. Pada saat itu Depati Amir terkepung di hutan dan hendak meloloskan diri ke distrik Sungaiselan, ingin bertemu dengan Batin Tikal. Kemudian dalam laporan Belanda dikatakan, bahwa Batin Tikal memberikan perlindungan kepada pejuang-pejuang pengikut Amir yang bergerak bergerilya di distrik Sungaiselan dan distrik Toboali.

Pejuang-pejuang pengikut Depati Amir tersebut adalah Awang, Oemar dan Boedjang Singkip para pemimpin utama dan puluhan pengikut setia sisa pemberontakan Amir yang terus melakukan perlawanan terhadap Belanda. 

Dalam laporan Belanda dinyatakan: ...Op den 9e onwing ik berigt van den Administrateur van Koba, dat Awang en Boedjang Singkip met een 40 sal volgelingen (waaronder vrouwen en kinderen zich in het Penjamparsche by den Batin Tiekal ophielden; achtien van hen waren gewapend). Een spion had hen in de kampong Serdam ontmoet en met hen gesproken de hoofden der muitelingen hadden hen te komen gegeven, bereid te zijn zich met hun gevolg aan heb gouvernement te onderwerpen. Maksudnya: 

...Pada tanggal 9 Februari 1851, saya (komandan tentara ekspedisi militer Belanda) mendapat kabar dari administratur distrik dari Koba, bahwa Awang dan Boedjang Singkip dengan sejumlah 40 pengikut (termasuk wanita dan anak-anak), mereka ada di Penyampar pada Batin Tikal. Seorang spion kami di kampung Serdam (mungkin Serdang) berjumpa dan berbicara dengan mereka. Kepala pemberontak (Awang dan Boedjang Singkip) telah memberitahukan kepadanya, mereka siap dengan pengikutnya menyerahkan diri kepada pemerintah

Karena dikejar dan dikepung, pada tanggal 15 Februari 1851, datang kabar dari administratur Koba kepada saya (komandan tentara ekspedisi militer Belanda), bahwa Batin Tikal, Awang dan Boedjang Singkip termasuk Delapan pengikut (bersenjata dengan 8 geweren dan 3 buksen), kemarin petang telah ditangkap. Pada tanggal 16 Februari 1851, mereka datang kemari (ke Sungaiselan), dengan pengecualian Awang, Boedjang Singkip yang berhasil melarikan diri di Air Munjang atau Aik Munjang, sementara Oemar, lari dari kampung Singkap (mungkin Sungkap), akan tetapi kemudian Awang berhasil ditangkap. Dalam surat Administratur Muntok kepada Residen Bangka, Muntok Tanggal 27 Maret 1851 Nomor 86 (ANRI:Bt.22 April 1851 Nomor 21) disebutkan bahwa: …”Pada tanggal 25 Maret 1851, telah dibawa kemari pemberontak Awang, setelah ditemukan barisan pasukan Belanda pada tanggal 23 Maret 1851 yang tampak di ladang Bale Tempok dimana Ia sedang makan, oleh petugas polisi Groe, Awang ditangkap, selanjutnya dikirim ke Mentok untuk dipenjara”. Dalam surat dari Residen Batavia kepada Menteri Negara Gubernur Jenderal di Batavia Nomor 1003, tertanggal, Batavia, 15 Maret 1851, Saya (residen Batavia) beritahukan kepada Anda yang Terhormat, kedatangan dari Bangka dengan kapal api Batavia membawa perusuh orang Bangka, bernama Awang, “orang nomor satu dari pemberontakan Amir”. Sambil menunggu perintah Anda, ia mendapat jaminan penahanan di rumah penjara.

Batin Tikal, dan selebihnya (orang-orang pribumi kuli dari Batin Tikal yang menjadi pengikut Boedjang Singkip dan Ribut yaitu Bujil, Mat, Toha, Lahie, Sindong, Akop, Mail, Sawal dan Arif, 4 wanita, 6 anak-anak), kemudian dipenjara di sini (markas militer Belanda di Sungaiselan). Boedjang Singkip dan Oemar, dalam perjalanan dari distrik Koba menuju Sungaiselan yang melarikan diri, berdasarkan surat Administratur Muntok kepada Residen Bangka, Muntok Tanggal 27 Maret 1851 Nomor 86, dikabarkan lebih lanjut, bahwa Boedjang Singkip dan Oemar rupa-rupanya tempat perlindungannya telah dicari pada tanggal 21 dan 23 Maret 1851, Boedjang Singkip dan pengikutnya oleh barisan tentara telah diketemukan di Muras (Muras sungai/ Paya-paya) di wilayah Sungai Kabal. Pada pertemuan pertama pemberontak lari dengan meninggalkan senjata 1 geweren, 24 patroon, 43 kogel, pada pertemuan kedua pemberontak melarikan diri meninggalkan padi, beras, parang dan beberapa potong baju”.

Tampaknya pengejaran, pengepungan dan penangkapan terhadap pengikut setia pemberontak Amir terus berlanjut, sejak tanggal 21 Februari 1851, telah datang kabar dari Haji Muhamad Seman, ada beberapa barisan yang dikirim mencari para pemberontak. Sekali lagi dikabarkan, Tujuh dari mereka akan datang menyerahkan diri (ditangkap) dan termasuk Kie-Assang (saudaranya Amir?). Sekarang mereka hanya tinggal dibawa kemari (maksudnya Sungaiselan). Sekarang, semua kepala pemberontak kecuali Boedjang Singkip telah di tangan kami (Belanda). Sekarang hanya tinggal 7 atau 8 orang yang membangkang, lainnya termasuk 2 putra Batin Tikal (Ribut dan Mamut). Untuk dipercayai, tidak lama lagi mereka akan datang menyerahkan diri.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan