25 Tahun Babel, Negeri Ngeruce
Ahmadi Sopyan-screnshot-
Saya yakin, ketika Negeri ini disebut sebagai Negeri Serumpun Sebalai, bayangan dan mimpi-mimpi itu ada dalam benak anak negeri yang memahami tentang budaya, adat istiadat serta memiliki kecintaan terhadap ke-Melayu-an.
25 tahun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, akankah itu benar-benar terjadi ataukah sebaliknya? Benarkah kita bekisah ataukah sekarang yang mendominasi adalah “ngeruce”? diberbagai media sosial misalnya, ada suara ngeruce, tapi tak ada wujudnya?
25 tahun Negeri Serumpun Sebalai. Adakah rumpun pohon itu masih menghijau ataukah gersang betampak pasir memutih dan panas bedengking kala musim kemarau? Masih ramaikah suara burung punai, perbak, mensuet, persat, colibri diatas dahan-dahan rumpun yang tumbuh itu? Ataukah sudah berganti dengan suara mesin senso dan mesin-mesin TI? Masihkah kita mampu bekisah tentang kampung-kampung kita yang dialiri sungai bening bersama ikan-ikan khas? Ataukah airnya tak lagi mengalir dan beningnya berganti “kepoh” bak kopi susu? Jangankan ikan, kejawak dan buaya-pun kelonjotan untuk berada disungai dan pinggirannya.
25 tahun Negeri Serumpun Sebalai. Sudahkah kita bisa membedakan mana bedincak mana merawak. Mana adat istiadat mana sekedar tukang pedat? Mana pejabat mana pelayan rakyat. Mana mencadin mana mudin, mana mawang mana urang. Parahnya, dalam pembangunan negeri, para pengelolanya bahkan tak mampu lagi membedakan mana anak negeri dan mana ayam negeri?
***
25 TAHUN Negeri Serumpun Sebalai, budaya kita adalah bekisah. Di usia ke- 25 tahun kita masih belum benar-benar mandiri karena mulut lebih sering bicara ketimbang otak diajak berpikir membuat konsep. Akhirnya usia 25 tahun usia kita masih lebih banyak “ngeruce” ketimbang “bekisah”. Negeri ini harus terus berlanjut, jangan banyak ngeruce, tapi kembalilah pada budaya “bekisah”, karena dulu negeri ini berdiri menjadi Provinsi diawali oleh “bekisah” oleh orang-orang yang ingin melihat putra-putri Bangka Belitung maju, bukan ayam negeri dari negeri lain!
25 tahun Negeri Serumpun Sebalai, mulailah merenung dan mengumpulkan semangat serta tenaga untuk menggapai cita-cita. Di usia seperti ini, para orangtua dulu sering berpesan: “Jen budu, dak kawa saro!” karena yang pasti “asak budu ge saro!”
Selamat Ulang Tahun Provinsiku Tercinta, Kepulauan Bangka Belitung.
Lubang Camui makin menganga!!(*)