Baca Koran babelpos Online - Babelpos

Rahasia 2 Pengusaha

Ahmadi Sopyan-screnshot-

Dalam perilaku sehari-hari, sang pengusaha ini sepengetahuan saya tak pernah ngelayap dalam kehidupan malam seperti diskotik, main perempuan, punya selingkuhan, hura-hura dan menjegal usaha orang lain. Walaupun bukan seorang Muslim, ia justru berkepribadian seperti yang diajarkan dalam agama Islam. Seringkali saya malu dengan perilakunya yang lebih Islami daripada saya yang notabene muslim. Ia sangat menghormati orang, baik tua maupun muda, bicara santun, tingkat kepedulian tinggi, berperilaku mendidik, kepala rumah tangga yang baik, tidak egois, bersikap melayani bukan minta dilayani, tidak gila pujian, sehingga menulis hal ini saya pun tak perlu menyebut namanya dan menceritakan atau menunjukkan tulisan ini kepadanya.  

Bercermin dari pengusaha ini, saya kembali melihat kebelakang guna membaca akhlak saya selama ini kepada orangtua, apakah saya termasuk anak yang berbakti atau durhaka. Karena jika ditanyakan kepada Mak: “Dari 10 orang anak, siapa yang paling nakal dan bengal?” Dengan mantap, Mak memberikan jawaban pasti yang diiringi tawa: “Didi (Ahmadi)”. Selanjutnya keluarlah semua kisah kenakalan, kebengalan dan segala tetek bengek masa kecil saya. Tapi saya sadar, disaat seperti itulah kasih sayang Mak keluar dengan selalu mengingat-ingat kenakalan dan kebengalan saya yang selalu jadi bahan ceritanya untuk ia memulai tawa dan memperkencang do’a. Lucunya sampai hari ini Mak adalah orang yang tidak pernah tahu apa pekerjaan saya dan tidak pernah tahu status anaknya ini sehingga jika muncul wajah saya di koran dan ia tahu, maka kerapkali Mak “ngeruce” dengan pertanyaan “Ngape sampai masok koran? Lah bikin masalah ape pulik?” tuduhan pun terlontar beraneka ragam. Saya juga tak perlu menjelaskan bahkan sebaliknya membenarkan dan memperbesar “tuduhan” tersebut biar Mak semakin kencang do’a-nya spesial untuk saya. Karena itu saya yakin dari 10 orang anaknya, saya adalah anak yang paling sering dido’akan Mak. 

 ***

PEPATAH lama mengatakan: “Kalau orangtua kaya, anak jadi raja. Tapi kalau anak yang kaya, seringkali orangtua jadi hamba sahaya”. Oleh karenanya belajar dari perjalanan hidup 2 orang pengusaha sukses inilah saya ingin mengajak pembaca untuk kembali menginstal ulang program kehidupan kita masing-masing. Mengapa keberkahan semakin jauh dari kehidupan kita di era modern sekarang ini? Salah satu penyebabnya adalah perilaku kita terhadap orangtua yang tanpa disengaja kita jadikan babu (pembantu), kurang peduli terhadap orang lain dan berpikir kesuksesan didapatkan hanya dari kerja keras. Padahal menelisik dari kesuksesan 2  pengusaha tadi, justru kesuksesan yang mereka raih bukan hanya dengan kerja keras, tapi berakhlak kepada orangtua, peduli (berbuat baik) kepada siapapun dan apapun karena tanpa kita sadari justru itu menjadi pendorong besar kesuksesan, yang jarang bahkan tak pernah kita sadari.

Sebagai manusia, kita tidak boleh berhenti belajar karena setiap saat kita harus mempelajari setiap denyut kehidupan. Oleh karenanya, dalam berbagai kesempatan saya sering mengungkapkan motto hidup: “Setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah dan setiap peristiwa adalah mata pelajaran”. 

Salam Sukses!!(*)

    

    

 

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan