Korban Jiwa Bertambah, Perundingan Alot, Perang Thailand-Kamboja Meluas
Perang yang Terus Meluas.-screnshot-
Dewan Keamanan PBB juga menggelar sidang tertutup pada hari yang sama, mendesak kedua pihak melindungi warga sipil, dengan UNICEF meminta perhatian khusus pada 12.000 anak di antara pengungsi.
Akar Sengketa Thailand-Kamboja
Konflik ini berpangkal pada sengketa wilayah di sekitar kuil Preah Vihear dan Ta Muen Thom, yang berasal dari peta era kolonial Prancis tahun 1907. Putusan Mahkamah Internasional (ICJ) tahun 1962 dan 2013 menetapkan Preah Vihear sebagai milik Kamboja, namun Thailand masih mengklaim wilayah sekitarnya.
Ketegangan meningkat sejak Kamboja mendaftarkan kuil tersebut sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2008, memicu bentrokan berkala.
Konflik ini telah mengganggu perdagangan perbatasan, dengan Thailand menutup sebagian besar pos pemeriksaan.
Nilai tukar baht Thailand melemah 0,4 persen menjadi 32,35 per dolar AS pada 27 Juli 2025, sementara sektor pariwisata di kedua negara terdampak akibat larangan perjalanan ke wilayah perbatasan.
Media sosial juga memanas, dengan hashtag seperti “Thailand opened fire” dan narasi nasionalis dari kedua belah pihak memperumit upaya damai.
Perundingan di Malaysia sendiri menjadi harapan untuk meredakan konflik, namun ketidakpercayaan antara kedua pihak masih tinggi. Jika gagal mencapai kesepakatan, risiko eskalasi menjadi perang skala penuh meningkat, dengan potensi dampak besar pada stabilitas kawasan ASEAN.
“Kami mendesak dialog yang konstruktif demi rakyat,” ujar Anwar Ibrahim menutup pernyataan resminya.***