Sebagai contoh, meskipun inflasi rendah, jika upah karyawan tidak meningkat atau tidak ada penyesuaian dengan kenaikan biaya hidup, kesejahteraan karyawan tetap bisa stagnan atau bahkan menurun.
Studi yang dilakukan oleh Bank Indonesia (2022) menyebutkan bahwa inflasi rendah memiliki dampak langsung terhadap peningkatan daya beli, terutama di sektor dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah. Namun, Bank Dunia dalam laporan "Indonesia Economic Prospects" (2023) juga menekankan bahwa upah riil, yakni upah yang telah disesuaikan dengan inflasi, harus tetap diperhatikan sebagai faktor utama dalam menjaga kesejahteraan tenaga kerja.
Secara teori, inflasi rendah yang berkelanjutan dapat memberikan ruang bagi perusahaan untuk mengelola biaya operasional dengan lebih baik dan memungkinkan adanya penyesuaian upah yang lebih terarah untuk menjaga kesejahteraan karyawan.
Namun, apabila inflasi rendah disertai dengan stagnasi upah atau kenaikan harga barang tertentu yang esensial, kesejahteraan karyawan tetap dapat tertekan.
Tren inflasi rendah di Bangka Belitung tidak hanya terjadi pada tahun ini. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa inflasi di provinsi ini dalam beberapa tahun terakhir relatif stabil dan rendah dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia.
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk stabilitas harga komoditas lokal, produksi pangan yang memadai, serta keterlibatan pemerintah daerah dalam menjaga kestabilan harga barang-barang pokok melalui kebijakan yang efektif.
Selain itu, infrastruktur distribusi di Bangka Belitung relatif baik, dengan akses transportasi antar-pulau yang memadai sehingga pasokan barang dapat tersebar merata tanpa ada kenaikan biaya distribusi yang besar. Hal ini juga membantu menjaga harga barang tetap terkendali, terutama di wilayah pedesaan dan pulau-pulau kecil.
//Upah dan Pendapatan